Digugu dan ditiru, itulah yang diharapkan sekaligus diharuskan bagi setiap guru. Yang diharapkan menjadi panutan dan diharuskan menjadi teladan bagi anak didik. Jika kedua hal tersebut telah terlaksana maka gelar "guru" tidak hanya sekedar gelar, namun juga menjadi suatu kepribadian.
Berbicara tentang seorang guru, kita pasti memiliki sosok guru yang sangat diingat. Entah itu mengandung pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurng menyenangkan. Baik itu guru yang dianggap sabar maupun guru yang dianggap "killer". SD? SMP? SMA? Pada masa yang mana sosok guru yang masih kalian ingat?.
Tentang guru yang sabar maupun guru yang "killer", pasti pernah kita dapati di setiap tingkatan pendidikan. Namun guru "killer"? hmm pasti hal itu menjadi momok bagi setiap siswa. Sebagian besar siswa tidak menyukai sosok tersebut. Kira-kira mengapa demikian?. Simple saja, saat seorang guru mencoba bersikap tegas yang oleh siswa dianggap sebagai suatu sikap yang "killer", maka benih-benih rasa tidak suka mulai muncul. Karena pada umumnya, siswa tidak menyukai sikap yang keras. Meski sikap tersebut sebenarnya bertujuan sangat baik.
Lalu bagaimana sikap yang harus dimiliki seorang guru?
Jawabannya adalah sikap yang "ngefriend". Wah.. sikap yang bagaimana lagi ini?.
Ya, sesuai dengan namanya yaitu "ngefriend" yang bersal dari kata friend yang bermakna teman. Jadi, seorang guru harus bisa bersikap sebagai teman dari siswa tanpa menghilangkan batasan-batasan yang ada.
Dengan menjadi seorang guru yang "ngefriend" maka akan mudah pula bagi guru dalam mengenali siswanya dan cara yang harus diterapkan dalam belajar sesuai dengan kepribadian siswa.
Adapun beberapa kelebihan guru "ngefriend" adalah:
1. Lebih mengenal siswa.
2. Siswa menjadi lebih mudah terbuka.
3. Guru lebih mudah menentukan metode pengajaran.