Belajar Pada Masa Remaja
Hallo Guys... gimana nih kabarnya semuanya?? Semoga dalam keadaan sehat ya... nah, berangkat dari pertanyaan, siapa disini yang tidak pernah melewati masa remaja?? Angkat tangan!!! hehehe Pastinya semuanya sudah pernah ada dimasa remaja atau justru saat ini sedang masuk masa remaja. Gimana enak nggak jadi anak remaja??, hal apa aja sih yang kamu impikan saat sudah remaja?? Nah, dari pertanyaan tersebut ada kaitannya nih dengan bahasan kali ini, yaitu tentang belajar pada masa remaja.
Perlu kita ketahui, bahwasanya kata belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang, dalam hal ini belajar tidaklah memandang usia. Sebagaimana dalam ajaran islam telah dijelaskan dalam salah satu hadist yang artinya : tuntutlah ilmu mulai dari buaian ibu sampai ke liang lahat. nah, dari hadist tersebut dapat kita renungkan betapa pentingnya belajar bagi setiap insan, yang mana seorang bayi pun yang ditimang ibunya wajib menuntut ilmu hingga ajal memisahkan. Padahal diusia saat itu anak belum bisa belajar dan merespon sekitar. Itulah kiasan pentingnya mencari ilmu. Nah, bahasan kali ini bicara tentang belajar pada masa remaja. Umur berapa sih bisa dikategorikan remaja?? Nah, untuk lebih jelasnya simak bacaan selanjutnya.
Setelah anak belajar dan berkembang dimasa anak-anak (SD), maka tahapan selanjutnya mereka akan memasuki tahap yang disebut dengan remaja. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini merupakan awal dari pubertas hingga mencapai kematangan berfikir. Pubertas menjadi karakteristik dalam perubahan di masa remaja awal (Santrock, 2011). Biasanya remaja berkisar dari umur 14 pada laki-laki dan usia 12 tahun pada perempuan. Belajar dimasa remaja tentunya tidak kalah penting untuk perkembangan anak, karena saat remaja bisa dibilang masuk kategori banyak mengalami perubahan menuju kematangan, baik secara seksual, dan secara hukum. Jadi, masa remaja merupakan masa yang belum sampai yang matang. Istilahnya masih perjalanan menuju kematangan diri. Adapun masa remaja dibagi menjadi 2 periode, yaitu :masa remaja awal (13-14 tahun) dan masa remaja akhir (18-20 Tahun). (Octavia, 2020).
Pada masa ini, anak remaja masih dibilang belum memiliki kematangan yang belum cukup dalam hal kogntif dan emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita khususnya pendidik dan orang tua untuk memberikan pemahaman dan arahan untuk mengajak ke hal-hal yang positif, berfikir kritis, reflektif, dan berpikir kreatif. Namun faktanya, masih banyak orang tua yang masih menyalahkan dan memarahi anak remajanya atau banyak kasus penganiayaan orang tua terhadap anaknya anak remajanya. nah, kira-kira siapa disini yang salah??? hal ini biasanya dipicu oleh adanya ketidaktahuan orang tua terhadap perkembangan anak remaja, yang mana disaat remaja bisa dibilang masih dalam tahap pengembangan otak dan pengendalian emosi mereka masih belum cukup matang. Sehingga diusia remaja mudah meluapkan emosinya. Maka dari itu kebanyakan seusia anak remaja sangat enggan saat dinasehati orang tua. Karena mereka menganggap bahwa mereka sudah mampu dan memiliki kemampuan, padahal pada dasarnya mereka masih dalam tahap awal menuju dewasa, dimana ia belum mampu. maka dari itu sebagai orang tua harus bisa menyikapi hal tersebut, dengan menasehatinya saat emosi anak sudah turun.
ngomong-ngomong tentang remaja nih, yang identik dengan pencarian jati diri, berpikir kritis, dll. otomatis Belajar dimasa remaja tentunya menjadi tantangan bagi individu itu sendiri dan pendidik/orang tua, dimana seusia remaja kebanyakan tidak mau diatur dan merasa pilihannya benar. begitupun individunya yang berusaha agar tidak malas belajara. Hal ini tentunya menjadi awal problematika belajar di masa remaja. Istilah Malas belajar bukan merupakan persoalan sederhana lho. Masalah ini harus dipahami secara menyeluruh, terutama mencari faktor-faktor penyebab sekaligus dicarikan jalan keluar. Malas belajar khususnya pada remaja tidak bisa dibiarkan, karena memiliki dampak yang serius bahkan fatal seperti anak tidak memiliki minat sama sekali untuk belajar, dan lebih memilih kehidupan yang tidak sehat. Misalnya menjalani pergaulan bebas, narkoba, dan menganggur .
Masa remaja belum bisa dibilang manusia dewasa, sehingga harus tetap mendapat porsi perhatian dan bimbingan intens dari orang tua dan guru. Ada 2 faktor yang menyebabkan malas belajar pada remaja, yaitu dari dalam diri anak (faktor intrinsik), Rasa malas yang timbul dalam diri anak dapat disebabkan karena tidak adanya motivasi diri. Sedangkan faktor eksternal penyebab malas yaitu lingkungannya, perilaku malas bukan berasal dari individu sendiri, melainkan merupakan pengaruh dari interaksi orang sekitar atau lingkungan di luar diri individu (Maulidia, 2009).
sekian terimakasih...
semoga bermanfaat...
Referensi
Maulidia, R. (2009). Problem Malas belajar pada remaja (sebuah analisis psikologis). At-Ta'dib, 4(2).