Baru-baru ini sedang ramai diperbincangkan tentang penyakit menular Antraks yang diduga berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta. Antarks adalah penyakit bakterial menular kepada hewan dan manusia yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis.
Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia, namun tidak dapat menular kepada sesama manusia. Penyakit ini dapat menginfeksi manusia apabila terdapat luka yang terbuka kemudian tersentuh oleh hewan yang terjangkit antraks serta apabila ada yang mengonsumsi daging hewan yang telah terinfeksi antraks.
Gejala yang ditimbulkan ketika terjangkit bakteri antrak sangat beragam. Sehingga, untuk mengetahui gejala penyakit antraks maka membutuhkan diagnosis medis.
Gejala penyakit antraks ini tergantung dengan rute infeksinya yang dimulai dari ulkus kulit dengan keropeng gelap hingga kesulitan bernafas. Gejala lainnya yang dapat dialami adalah nyeri dada atau nyeri pada otot, benjilan kecil di kulit, batuk, gatal, mual, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Selain itu ada pula gejala yang berupa batuk darah hingga muntah darah.
Penyakit ini mulai menyebar di Indonesia setelah berita beberapa warga di Gunung Kidul mengonsumsi bangkai sapi yang telah dikubur hingga membuat sekitar 87 warga terinfeksi penyakit antraks dan 1 diantaranya meninggal dunia.
Di Gunung Kidul memang terdapat tradisi yang dinamakan dengan Brandu atau Porak yang merupakan tradisi untuk memakan daging dari bangkai hewan. Sehingga beberapa warga di Gunung Kidul tidak mempermasalahkan orang-orang yang menggali kuburan sapi tersebut dan memakan dagingnya tanpa diketahui bahwa sapi tersebut mati karena terinfeksi bakteri antraks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H