Lihat ke Halaman Asli

Rohmanuddin

Mahasiswa

Tahun Berganti, Namun Beban Keluarga Tidak Berganti

Diperbarui: 30 Desember 2020   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Alex McCarthy on Unsplash 

Menjadi Beban Keluarga memang menjadi aib bagi keluarga sendiri baik secara langsung atau tidak langsung. Apalagi jika kita memiliki perasaan tidak enakkan dengan keluarga kita (orang tua) yang sudah sepuh tapi kita masih leha-leha dengan dunia kita sendiri atau memiliki perasaan iri dengan teman-teman kita yang sudah nikah atau sukses dengan bisnis yang alami.

Istilah "beban keluarga" bisa dibilang trending di tahun 2020 ini. Padahal di tahun sebelumnya, istilah ini belum begitu populer di telinga kita. Bisa jadi istilah ini muncul karena ada seruan "di rumag aja" oleh pemerintah. Bisa jadi munculnya istilah ini karena ada seruan "di rumah aja".

Dimana, seruan tersebut mempunyai makna yang tersendiri yaitu segala aktivitas yang sebelumnya kita lakukan di luar rumah (seperti bekerja, belajar, dan lainnya) harus dilakukan di rumah aja. Sehingga beban-beban yang seharusnya tidak ada atau tidak terjadi, justru malah terjadi pada saat ada seruan tersebut.

Jika mengacu pada objek yang dituju, istilah "beban keluarga" jika diarahkan ke orang yang udah punya pekerjaan atau keahlian, mungkin tidak akan berasa efeknya. Yaah... soalnya dia udah ada pegangan yaitu keahlian yang dia miliki. Yang jadi permasalahan, jika orang yang 'maaf' pengangguran tidak sadar diri atau tidak peka jika menerima istilah "beban keluarga" ke dirinya, justru dia malah enjoy aja gitu dengan circle of life nya dia. Waduuuh....ampun dah...ampun...

Bukan maksud saya men-judge orang yang 'maaf' pengangguran seperti itu jelek yaa teman-teman. Tapi jika menarik fakta yang dilapangan khususnya kondisi di Ibukota DKI Jakarta, maka orang-orang yang memiliki seperti itu dicap di masyarakat sebagai 'maaf' sampah masyarakat.

Jadi bersyukurlah sebagaian dari kita yang sedang di posisi menganggur tapi kita memiliki rasa malu dan berusaha mencari solusi (seperti melakukan hobi dan lain-lain) agar bisa produktif, bukan hanya di tahun 2020, tapi di tahun-tahun selanjutnya. Yaa syukur-syukur dari kegiatan atau hobi yang kita lakoni menjadi lapangan kerja bagi orang lain. Waaah....itu baru mantap betul.

Jadi doa saya yang pertama kali terucap di tahun 2021 nanti, semoga jumlah beban keluarga baik di Indonesia dan di dunia bisa berkurang. Sehingga kehidupan yang kita jalani menjadi normal kembali.  Aaamiiin....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline