Lihat ke Halaman Asli

Rohma Nazilah

Seorang Ibu dan perempuan sederhana yang suka berkisah

Pendidik, Penindas atau Penyelamat?

Diperbarui: 19 November 2019   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi wajah pendidikan. (sumber: shutterstock)

Siang ini, saya memanjakan otak saya dengan menikmati berbagai tayangan youtube baik yang bersifat serius maupun entertaining untuk mengimbangi kelelahan otak saya yang sudah cukup terkuras.  

Tersadar belum memiliki satupun artikel populer terpublikasikan tahun ini di koran atau majalah memberi sebuah renungan, apakah karena terlalu serius pada tugas akademik. 

Saya tersadarkan bahwa menulis lalu mempublikasikannya membuat saya terhindar dari perasaan teralienasi dari komunitas atau masyarakat secara luas. Menulis akhirnya menjadi bentuk healing pada kesakitan atau kegelisahan yang kita rasakan.

Beberapa chating dengan para penulis dan para profesional senior membantu saya tetap pada track. Mas AE Priyono, penulis yang saya gandrungi memberi sebuah kalimat sakti, ketelitian memilih diksi adalah bentuk tanggungjawab seorang penulis.  

Satu kalimat ini selalu menjadi pengendali setiap saya menulis. Sapaan ringan tentang karya atau sekedar mengabarkan keadaan keluarga dari Pak Asep Sapaat, seorang penggerak pendidikan, membuat saya merasa beruntung berada pada jalur pendidikan. 

Mas G. R. Mukti W, profesional dari sebuah grup penggerak pendidikan, memberi harapan bahwa aktivis pembelajar boleh juga didedikasikan oleh profesional yang bidang geraknya cukup jauh dari dunia pendidikan. 

Masih banyak inspirator lain yang tidak mungkin saya sebut namanya dari berbagai grup penulis, penggerak pendidikan, penggerak literasi atau sekedar grup alumni apapun. Sebuah belieft dan hope saya dapatkan bahwa sebagai pendidik, saya akan baik-baik saja.

Namun hal ini tidak menghilangkan rasa sedih saya, saat menyadari ketidakmampuan saya membuat para murid paham bahwa pengalaman belajar sangat diperlukan agar mereka menjadi jiwa yang mandiri. 

Seorang guru "bule" dalam sebuah event desiminasi di sebuah kampus tempat saya pernah mengajar, keheranan saat melihat seorang guru di sebuah sekolah, memberi instruksi yang tidak jelas bagaimana sebuah tugas harus dikerjakan. 

Tertegun dengan keprihatinannya membuat saya sadar tentang tugas guru menciptakan inkubasi: memberi pemahaman tentang konsep, membuat perintah detail dan operasional, memberi template, memberi pengalaman bagaimana cara sebuah tugas dilakukan, menarik kesimpulan, dan melakukan refleksi.

Saya akan memberi gambaran sederhana untuk memperjelas apa yang saya sebut dengan rangkaian proses ini. Untuk memberi pemahaman tentang arti kata milenial, sebuah model assesment yang mungkin 'belum lazim' bagi pembelajaran konvensional, saya desain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline