Lihat ke Halaman Asli

Rohma Nazilah

Seorang Ibu dan perempuan sederhana yang suka berkisah

Smart People, Don't Diet!

Diperbarui: 1 Februari 2019   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul artikel ini adalah hasil riset Charlotte Markey, Ph. D, seorang peneliti yang banyak menulis tentang persoalan diet, obesitas dan dihubungkan dengan kebahagiaan menyimpulkan bahwa kebanyakan dieters  (orang yang melakukan diet)  berakhir lebih gemuk dan kurang bahagia.

Pada percakapan para emak yang seru adalah bagaimana menjaga berat badan dan mempertahankannya. Ketika saya mengatakan saya tidak konsumsi nasi semua pada heran dan merasa mustahil.

Tiba-tiba menemukan sahabat-sahabat mengupload foto dirinya dengan penampilan yang sangat mengejutkan. Dari yang tadinya sangat gemuk menjadi sangat langsing dan manglingi. Usia sudah pada kepala empat dan menjaga tubuhnya dengan cara yang sungguh spektakuler. Para selebritis seperti Dewi Huges adalah salah satu yang menginspirasi para emak-emak untuk melakukan perubahan penampilan secara signifikan.

Sayapun mulai sangat gelisah dengan perkembangan tubuh yang tidak terkendali. Mulai melar yang tadinya cuma 45 kg menjadi 50 kg lalu menjadi 60 kg dan itu menggelisahkan. Bagi wanita, sangat menggelisahkan menjadi gemuk, tidak cantik dan banyak penyakit. Mulailah saya dengan konsumsi obat yang seharga 500rb hingga 1 jt perbulan.

Sayang tidak lengkap yang saya konsumsi karena saya bukan pengkonsumsi minuman bersusu  atau sejenisnya. Akhirnya diet dengan herbal, gagal! Diet model lainpun mulai dicoba dengan cara mengurangi lemak. Ternyata kesimpulannya, sangat susah menemukan makanan tanpa minyak. Semua harus dikukus. Walhasil, saya beli minyak non kolesterol dan baunya ga enak. I feel was just like living in the hell. Usaha berjalan sekitar 2 bulan dan berat badan saya hanya  turun 5 kg. 

asilnya, pada sebuah pagi saya harus mengajar dan saya tidak membawa bekal dan tidak berani makan sembarangan. Akhirnya tidak apapun yang dikonsumsi sampai hampir jam 12 karena susah mencari makan yang tidak berminyak. Karena terlihat sangat pucat, seseorang membawakan nasi goring dari kantin kampus. Makanan yang harus dihindari, tetapi  tidak mungkin ditolak karena tubuh sangat lemah dan  hampir pingsan.

Selama dua bulan, yang ada di pikiran saya adalah krupuk  dan kacang goreng adalah makanan surga. Saya akan sangat bahagia jika saya sudah berhenti diet lalu memakannya. Setelah dua bulan seperti di neraka itu, saya akhirnya makan apa saja. Dan berat badan saya kembali lagi 60 kg dan cenderung naik.

Ketika pikiran kita menghentikan untuk tidak mengkonsumsi sesuatu yang kita sukai, kita sebenarnya sedang meracuninya untuk balas dendam suatu saat akan memakannya pada saatnya tiba. Itulah pikiran kita ketika kita menggunakan istilah diet.

Diet adalah sementara. Suatu saat akan berhenti jika badan sudah normal. Bahkan dengan metode sedot lemak, katanya akhirnya banyak yang gagal setelah lemaknya dihabiskan lalu tetap pada konsumsi pola lama. Saya tidak bahagia ketika saya diet. Dan selepas diet, kita makan apa saja. Tidak peduli akan gemuk lagi.

Sampai pada berat 70 kg lalu cenderung ke 75 kg, I think It is enough! I should stop this! Saya melakukan pencarian upaya penurunan BB yang aman. Seorang teman menawarkan hypnotheraphy. Dia berhasil mengurangi. Saya mencari ahli hipnoterapi. Karena tidak juga ketemu, saya bertanya, apa prinsip hipnoterapi?

Teman dokter saya ini menjawab, usaha bagaimana tubuh mencari sendiri makanan atau nutrisi yang dia butuhkan atau yang tidak dia butuhkan. Misalnya tubuh dia tidak butuh daging dan dia tidak konsumsi daging. Okey, well. It makes sense for me. But I still need something stronger than that.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline