Lukisan-lukisan indah terpajang apik di dinding galeri Perpustakaan Nasional Jakarta. Namun lukisan-lukisan ini bukanlah karya seni biasa yang dipamerkan secara acak dan random semata. Mengangkat tajuk "Wajah Koperasi dalam Ekspresi" lukisan-lukisan ini berusaha membawa misi untuk membidik nasib, perkembangan dan kondisi perkoperasian di Indonesia saat ini.Pameran ini pun terasa semakin bernas ketika panitia mendaulat Putri proklamator Moh Hatta dan sekaligus Bapak Koperasi Indonesia, Halida Nuriah Hatta untuk membuka pameran yang diinisiasi oleh Komunitas Seniman/Pelukis Segitia Art Community tersebut pada 16 Juli 2023.
Pemilihan lokasi di Perpustakaan Nasional ini bisa dianggap tepat, pasalnya melalui pameran ini para pelukis seakan menunjukkan bahwa lukisan pun bisa menjadi pelengkap literasi yang bisa memberikan pendidikan pada publik."Di balik estetika lukisan, ada misi pendidikan publik," begitu kata Halida Hatta memuji.
Halida sangat mengapresiasi inisiatif kreatif yang dilakukan oleh para seniman Segitiga Art Community tersebut. Melalui pameran ini menurut Halida, kaum seniman seperti berjuang mengingatkan kembali kepada publik mengenai apa yang Bung Hatta gariskan beberapa waktu lampau terkait fungsi koperasi.
Halida menjelaskan bahwa yang pertama dan mendasar adalah harus disadari bahwa koperasi itu pada dasarnya merupakan perkumpulan masyarakat, dengan semangat yang sama, berujuang untuk maju atas kekuatannya sendiri. Tentunya dalam usaha bersama tersebut harus dilandasi rasa saling mendukung dalam kebenaran dan kepedulian akan hak hidup orang lain. Dari situ, Jiwa asih kepada sosial kemasyarakatan harus menjadi utama dalam mencapai kesuksesan ekonomi.
Jadi melalui koperasi, upaya peningkatan ekonomi, sekaligus pada saat yang sama juga membuktikan tunainya pengamalan cita-cita bangsa."Bukankah kita berseru akan cita-cita Indonesia bahagia? Kita bisa periksa tekad itu pada salah satu janji kita melalui lagu kebangsaan kita Indonesia Raya. Dan utamanya pada pembukaan UUD'45 dan pasal 33 UUD 1945. Masyarakat harus bisa merasakan apa itu adil dan seperti apa hidup bahagia itu," ungkap Halida dalam pidato sambutan pembukaannya.
Pada kesempatan tersebut, Halida mengingatkan bahwa apa yang ada dibalik konsep "koperasi" tersebut, sebenarnya terletak apa yang setiap insan butuhkan untuk membawa kehidupannya yang lebih baik. Menurutnya, di balik praktik berkegiatan koperasi tersebut, terdapat suatu pelatihan untuk membangun karakter kuat, perbuatan luhur, pribadi tangguh serta memiliki jiwa mengabdi kepada Tuhan. Termasuk turut mewujudkan hidup bahagia bagi semua, serta mau menjunjung harkat manusia dan kehidupannya.
Karena itu Halida memperingatkan bahwa koperasi bukan bisnis yang mematikan pihak lain. Bukan membelokkan jalur ekonomi (melalui lobi-lobi sampai bisa mendorong terbitnya peraturan atau perundang-undangan menguntungkan kelompok-kelompok bisnis kelas kakap kategori tertentu). Koperasi tidak berorientasi pada persaingan untuk menguntungkan kelompok-kelompok bisnis kelas kakap kategori tertentu atau yang sekarang tengah akrab disebut oligarki.
Lebih lanjut Halida juga mengingatkan bahwa gerakan koperasi merupakan antitesa dari sikap serakah yang mulai tumbuh subur sekarang ini. Yaitu sikap serakah dengan pola pikir kejar kekayaan, cari keuntungan sebesar- besarnya dengan memotong saluran atau kesempatan ekonomi bagi pihak lain.
Halida juga menyoroti adanya pengertian yang salah kaprah yang berawal dari pola pikir yang keliru bahwa koperasi 'nangani'(mengurusi) kegiatan ekonomi yang kecil dan lemah saja atau sekedar buat hidup semata. Ia juga menyatakan keprihatinannya bahwa adanya garis dasar dan pemahaman yang melenceng mengenai fungsi koperasi di era dominasi globalisasi ekonomi seperti sekarang ini. Dimana banyak usaha mengambil label "koperasi" tapi pada kenyataannya kegiatan ekonominya sama sekali bukan menerapkan kaidah berkoperasi.
Memang, badan usahanya disebut koperasi, tetapi isinya justru mal praktik seperti pengumpulan modal, lalu pencucian uang, dan lainnya yang justru membunuh nama baik koperasi. Membunuh image atau citra mulia koperasi.Sebagai putri dari Bapak Koperasi Indonesia, Halida Hatta ingin kembali meluruskan bahwa sistem koperasi yang dimaksud para pendiri Republik Indonesia yang sejatinya adalah menyelenggarakan usaha bersama atas asas kekeluargaan (tidak saling jegal).
Bersandar dan beraktifitas pada prinsip jujur dan integritas. Artinya, mengutamakan kesetiaan pada proses yang telah disepakati bersama dan konsistensi. Sistem koperasi yang benar akan membuat ekonomi bangsa tidak ambruk melainkan mampu bertahan, tumbuh dan berkembang jadi kuat serta mampu mengatasi tantangan yang kecil maupun besar.