Konon istilah debat kusir yang ada dalam kosakata bahasa Indonesia kita sekarang ini, pertama kali dilontarkan oleh KH Agus Salim, berdasarkan pengalaman beliau saat berdebat dengan seorang kusir delman.
Ceritanya pada hari itu suasana di parlemen sangat memanas. Pasalnya para wakil rakyat terus melakukan debat dan adu argumen yang tidak juga ada habisnya dan melahirkan kesepakatan antar anggota parlemen.
Melihat suasana tersebut, KH Agus Salim segera tampil di podium dan mengingatkan agar para hadirin tidak melakukan debat kusir. Debat kusir tidak akan ada habisnya, begitu tegas KH Agus Salim. Orang-orang pun sontak terdiam mendengar istilah debat kusir yang dilontarkan oleh KH Agus Salim tersebut. Ketika semua orang senyap, KH Agus Salim pun menceritakan kisahnya kenapa dirinya melontarkan istilah debat kusir.
"Begini ceritanya. Suatu saat saya pulang kantor naik delman, saat itulah saya tak bisa mengalahkan lawan debat saya untuk pertama kalinya. Bukan di PBB saya kalah bicara tapi di atas delman dan hanya berhadapan dengan seorang kusir lah saya justru tak bisa memenangkan perdebatan saya. Saya sebut peristiwa itu sebagai debat kusir."
"Anda semua jangan mengikuti jejak saya untuk debat kusir, debat tanpa tujuan akhir, hanya ingin membuktikan bahwa kita berada di pihak yang benar, tanpa pemecahan masalah sama sekali."
"Saat itu," kenang Agus Salim, "kami sama-sama memandangi pantat kuda yang menarik delman kami."
"Tiba-tiba kudanya kentut. Saya katakan pada pak kusir, 'Ini kudanya masuk angin Pak!'"
"Kusirnya bilang, 'Bukan Pak, kuda saya keluar angin!'"
"Iya, dia kentut, keluar angin, tapi itu artinya dia masuk angin!"
"Tapi Pak, itu artinya dia keluar angin, bukan masuk angin!"
"Coba diperiksakan Pak, kuda Bapak sakit itu, masuk angin!"