Pembicaraan tentang dunia lelang melelang tiba-tiba menjadi topik menarik bagi publik di saat menjelang lebaran ditengah pandemi covid-19 saat ini. Bermula dari heboh lelang keperawanan oleh selebgram Sarah Keihl yang konon dananya akan disumbangkan untuk penanganan Covid-19, selanjutnya disusul oleh kasus lelang motor listrik Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gesits dalam acara acara konser virtual "Berbagi Kasih Bersama Bimbo" pada Minggu, 17 Mei 2020.
Ternyata kedua masalah lelang di atas segera menjadi polemik dan kegemparan di masyarakat. Untuk kasus lelang keperawanan Sarah Keihl, gampang diduga lelang ini pasti menjadi sensasional dan langsung menarik perhatian banyak kalangan masyarakat.
Bukan dukungan melainkan kecaman dan hujatan karena sebagai masyarakat berbudaya ketimuran yang menjunjung tinggi moralitas, sebuah keperawanan hal sensitif dan sakral yang tentu saja sangat ditabukan dan dipantangkan untuk dibuat permainan apalagi diperjual belikan.Apalagi alasan Sarah adalah untuk bantuan dan kepedulian yang masih bisa dilakukan dengan cara-cara alternatif lainnya yang dianggap beradap dan mulia. "Niat baik harus dilakukan dengan cara baik," begitu ajar orang-orang.
Terlebih kemudian terkuak indikasi bahwa tawaran lelang keperawanan yang dilakukan Sarah Keihl tersebut ddimaksudkan sebagai sekedar trik untuk meningkatkan engagement akun sosial media yang dimilikinya. Kecurigaan ini diperkuat dengan munculnya bocoran chat antara Sarah Keihl dan manajemennya yang mengindikasikan akan dilakukannya strategi tersebut. Meskipun pada akhirnya fakta ini akhirnya dibantah oleh Sarah. Namun kecurigaan tersebut tetaplah tidak hilang begitu saja.
Singkat cerita akhirnya Sarah minta maaf dan mengaku telah berbuat salah. Lalu ada apa dengan kisah lelang untuk sepeda motor yang bertanda tangan Presiden Joko Widodo?
Sebenarnya lelang motor listrik Gesits bertanda tangan Presiden Jokowi tersebut berlangsung lancar, seru dan sukses terjual dengan harga Rp 2,550 miliar. Kehebohan baru terjadi setelah acara itu sendiri telah selesai. Ternyata sang pemenang lelang mungkir dari kewajiban membayar.
Setelah ditelisik ternyata sang pemenang yaitu M. Nuh bukanlah seorang pengusaha batubara tajir, melainkan seorang buruh harian lepas yang tidak memiliki uang sebesar jumlah tersebut.Sontak publik pun menyebut Presiden Joko Widodo, dan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan lainnya yang terlibat dalam acara tersebut telah terkena prank. Sebuah kasus prank yang disebut-sebut sebagai prank terbesar dalam sejarah Indonesia bahkan dunia internasional yang melibatkan banyak pejabat penting sebuah negara.
Untungnya ada peserta lelang lainnya yang mau untuk menjadi penyelamat muka panitia acara lelang tersebut. Dialah Warren Tanoe Soedibyo yang akhirnya mau menggantikan posisi M. Nuh sebagai pemenang lelang yang sesungguhnya dan membayar Rp 2,550 miliar sepeda motor listrik bertanda tangan presiden tesrebut. Sementara itu M. Nuh yang dianggap lugu dan tidak mengerti mengenai hakikat sesungguhnya acara lelang yang diikuti dan dimenangkannya tersebut akhirnya dimaafkan dan dibebaskan dari sanksi hukum yang semestinya diterimanya.
Menanggapi kontrovesial yang terjadi pada kedua kasus lelang di atas, mungkin tak ada salahnya kita belajar dari kisah kenangan sejarah mengenai lelang yang juga berkaitan dengan Presiden Indonesia waktu itu yaitu Ir. Soekarno.
Cerita lelang ini juga terjadi pada waktu yang persis menjelang lebaran Idul Fitri seperti sekarang ini. Hal ini dikisahkan oleh Roeslan Abdulgani yang menjadi orang kepercayaan Bung Karno pada waktu itu dalam buku bertajuk Suka Duka Fatmawati Sukarno yang diutlis oleh Kadjat Adra'i.
Menjelang datangnya hari raya lebaran Idul Fitri, Waktu itu Bung Karno tidak mempunyai cukup uang untuk membayar zakat fitrah yang notabene merupakan kewajiban beliau sebagai pribadi. Karena itu, Bung Karno pun segera memanggil Roeslan untuk berdiskusi dan mencari solusi atas masalah yang dihadapinya tersebut.