Lihat ke Halaman Asli

Warisan Literasi Mama

Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Nikmat (Peringatan) Tuhan Mana Lagi yang Kau Dustakan?

Diperbarui: 20 Mei 2020   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah simbolisasi bagaimana begitu besarnya jasa para nakes dan gadis saat ini - Sumber Foto:  haberler.com

Ilustrasi dari FB@BudimanHakim

"Rumah yang kau bosankan, adalah surga yang kami rindukan," ungkapan ini aku dapatkan dari Om Budiman Hakim, tokoh senior periklanan.

Ungkapkan inilah yang menurutku mampu mewakili kegelisahan para tenaga kesehatan (naker) dan tenaga medis (gadis) yang saat ini harus berjibaku di garis depan penanganan pandemi covid-19 yang kini terjadi di seluruh dunia.

Gelisahan yang sama sepertinya juga ditangkap oleh produsen produk kebersihan dan kecantikan Dove melalui iklan mereka yang diberi tajuk "Keberanian adalah Kecantikan Sejati".

Bukan lagi menampilkan wajah-wajah mulus dan anggun para model dan artis, untuk iklannya di masa pandemi ini Dove menampilkan wajah-wajah penuh luka bekas alat pelindung diri (APD) yang harus dikenakan oleh para nakes dan gadis dalam menjalankan tugasnya untuk membantu para pasien Covid-19.

Wajah-wajah kelelahan dan penuh dengan guratan-guratan bekas masker, pelindung mata dan sebagainya ditampilkan secara detail untuk mengingatkan audience tentang betapa cantiknya hati mereka yang berani  mengorbankan kenyamanan diri bahkan mempertaruhkan keselamatan jiwa mereka untuk menyelamatkan sesamanya.

Karena itulah kita bisa harus memahami bagaimana kekecewaan harus nakes dan gadis rasakan ketika muncul fenomena sosial yang memprihatinkan yang digambarkan dalam tagar #IndonesiaTerserah.

Persis seperti yang dipaparkan dalam lirik lagu "Indonesia Terserah" yang diciptakan oleh komunitas The Rap Up, ironi-ironi sikap masyarakat yang seperti masa bodo tersebut tentunya sangat memprihatinkan.


Apakah pemerintah dan masyarakat tidak melihat data betapa banyak nakes dan gadis yang harus menjadi korban agar kesadaran untuk menjaga protokol kesehatan yang diperlukan dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Bahkan bisa jadi kisah-kisah nyata tentang bagaimana para nakes dan medis harus tidur kurang, menahan haus dan lapar bahkan buang air kecil dan besar berjam-jam dalam baju APD yang panas dan pengap, tak bisa memeluk anak dan keluarga, dan kisah sedih lainnya hanya dianggap seperti halnya kisah dalam drama korea (drakor) yang bisa segera dilupakan begitu saja?

Boleh jadi kisah pilu meninggalnya perawat Ari Puspitasari bersama bayi empat bulan dalam kandungannya hanya menjadi semacam kisah drama lainnya yang trending sejenak dan kemudian segera dilupakan. Bahkan masih kalah dengan efek perasaan yang didapatkan dari menonton serial drakor "The World of Married" yang rutin ditayangkan di jam utama sebuah televisi swasta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline