Pilkada serentak yang sejatinya akan digelar seputaran September 2020 mendatang, telah mengumpulkan kembali dengan kawan-kawan ti studi produksi kreatif yang semula sudah bercerai berai. Adanya tawaran dari sebuah konsultan politik ternama untuk membantu beberapa kandidat yang berminat untuk berlaga pada kontestasi Pilkada serentak 2020 tersebut telah menyatukan kami kembali secara lebih rutin dan intens.Diprediksi proyek ini akan panjang. Tidak seperti proyek-proyek lepasan lainnya yang biasanya hanya perlu waktu bersama sebentar, tanpa perlu rutinitas yang berjalan setiap hari. Dus kami pun yang sebelumnya hanya pekerja freelancenan, menjadi dekat dan semakin kompak laiknya pekerja kantoran yang harus datang setiap hari.
Tiba-tiba tersiar kabar, virus Corona menyerang Wuhan. Kengerian serangan dan dampak yang ditimbulkan virus tersebut tidak begitu terasa menakutkan. Pasalnya kami hanya melihat dari berita-berita yang ditayangkan media-media utama, maupun info-info yang berseliweran viral melalui platform-platform media sosial.
Tentu saja hal itu menumbuhkan rasa keprihatinan dan kasihan di hati. Tapi tidak sampai menimbulkan ketakutan dan kengerian bahwa virus itu akan sampai juga menyerang negara ini. Pasalnya pemerintah negeri ini, mulai dari Presiden, menteri hingga para pejabat tinggi lainnya, sepertinya tak ada yang memgkhawatirkan penyebaran virus itu hingga ke sini. Mereka masih bisa berkelakar tentang keberadaan virus tersebut bahkan menafikkan adanya kemungkinan masuk dan mewabah di Indonesia.
Sampai akhirnya ketenangan itu pun buyar, ketika kasus pasien positif Covid-19 pertama akhirnya muncul di negeri ini. Media-media langsung menjadikannya sebagai berita teror yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan. Namun sebaliknya pemerintah masih tenang dan santai dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk yang bisa menimpa semuanya. Melihat itu kamipun turut tenang. Proyek tetap berjalan lancar dan aktivitas kami tetap berjalan normal.
Ternyata badai tiba-tiba menerjang. Seperti mimpi buruk, ternyata virus corona melesat begitu cepat hingga meluluhlantakan kepercayaan diri dan ketenangan yang sebelumnya dimiliki para pemegang kebijakan tertinggi di negeri ini. Akhirnya munculah kebijakan Sosial Distancing, Work From Home, School from Home, perdebatan lockdown, hingga PSBB ditetapkan.
Meski was-was kami tetap bisa menenangkan diri karena pekerjaan tetap bisa kami lakukan secara daring dari rumah kami masing-masing. Sampai akhirnya, KPU memutuskan untuk menunda pelaksanaan Pilkada 2020 sampai waktu yang belum ditentukan. Spontan klien-klien kami memutuskan untuk menghentikan pekerjaan yang tengah kami jalankan karena dianggap kontraproduktif dengan kondisi yang terjadi.
Dus jadilah kami sekarang seperti ini. Masing-masing kembali ke rumah sendiri, tanpa ada pekerjaan lagi yang bisa menyatukan kami. Bahkan pekerjaan eceran yang biasanya ramai pun benar-benar berhenti dan sepi.
Untungnya kami sudah terbiasa berkomunikasi maupun bersilaturahmi secara daring melalui berbagai platform sosial media yang ada. Mulai dari sekedar texting, voice call sampai video call yang bukan lagi masalah asing bagi kami.
Yang menjadi masalah adalah konten komunikasi atau silaturahmi yang kami jalani. Pasalnya semua kawan sedang perih. Tak ada pekerjaan atau proyekan yang bisa dibagi. Masing-masing mulai mengandalkan tabungan yang dimiliki, dan sesekali berbagi bantuan jika ada teman-teman yang benar-benar emergensi.
Setidaknya kami masih bisa saling menghibur dengan berbagi kisah lucu yang dialami, saling canda, saling olok dan berbagi apapun informasi yang dirasa berguna. Hanya saja itu semua memerlukan mental yang mumpuni ketika kondisi tidak baik tengah melingkupi.
Ada beberapa kawan yang meski terkoneksi namun enggan untuk lebih intens berinteraksi. Hal itulah yang terkadang menjadi keprihatinan kami. Seharusnya di tengah kondisi seperti ini, kekuatan komunikasi dan silaturahmi bisa menguatkan mental kita.