Lihat ke Halaman Asli

Warisan Literasi Mama

Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Pendukung Prabowo Maupun Jokowi Semua Dimanjakan

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Gelaran Pilpres 2014 sekarang boleh jadi merupakan Pilpres yang paling memanjakan bagi konsumen media. Baik media elektronik, cetak maupun media online. Keberpihakan media pada masing-masing pasangan capres dan cawapres pada Pemilu kali ini benar-benar terasa vulgar dan tanpa tedeng aling-laing. Yang jelas kaidah jurnalistik yang benar, netral, objektif dan non partisan tak lagi diindahkan.

Hal ini sebenarnya sudah cukup terasa pada Pemilu Legislatif 2014 sebelumnya. Dimana adanya pemilik media massa yang terjun ke politik praktis membuat media miliknya menjadi corong kampanye yang pilih-pilih dalam menayangkan berita. Fenomena tersebut semakin menajam pada persaingan selanjutnya di Pilpres 2014 sekarang. Mengerucutnya kandidat capres dan cawapres pada dua pasangan saja yaitu Prabowo-Hatta & Jokowi-JK, telah membuat persaingan media semakin mengerucut dan sengit pula. Seolah-olah Pilpres 2014 sekarang bukanlah persaingan sengit antar partai politik melainkan persaingan sengit antara beberapa media besar. Baik di TV, cetak, online bahkan radio.

Bentuk-bentuk keberpihakan yang dilakukan media-media tersebut sangat beragam. Pertama dalam prosentasi dan porsi atau durasi berita. Masing-masing media secara sengaja memberikan porsi berita atau liputan yang lebih banyak bagi pasangan capres-cawapres yang mereka dukung. Meski masih ada sedikit jatah untuk pasangan capres-cawapres lawan tetapi terlihat sangat sedikit dan tidak berimbang.

Kedua dalam hal konten/isi informasi yang diberikan. Secara tidak berimbang media-media pendukung pasangan capres-cawapres memilah-milah, menyeleksi dan memilih-milih berita yang ditayangkan. Hanya berita-berita positif, mendukung, dan menguntungkan pasangan dukungan media tersebut yang akan ditayangkan secara lebih kualitatif dan kuantitatif. Berita-berita yang melemahkan atau merugikan pasangan capres yang didukungnya akan sebisa mungkin dihindari atau dihilangkan.

Ketiga adalah dalam hal yang lebih riskan lagi. Kalau dalam bentuk pertama dan kedua tadi media belum melakukan pelanggaran yang frontal, bentuk keberpihakan ketiga bisa berupa hal-hal yang melanggar secara frontal kaidah jurnalistik yang ada. Media secara sengaja bisa saja, memelintir, menyampaikan secara tidak utuh, membuka kemungkinan misspersepsi pada audience-nya, atau bahkan sengaja membuat berita negatif (negative campaign) bahwa menayangkan kampanye hitam (black campaign) bagi pasangan capres-cawapres yang menjadi lawan mereka.

Lebih menariknya lagi. Fenomena keberpihakan media pada gelaran Pilpres 2014 sekarang justru nyata terjadi pada media-media berita yang notabene sering menjadi andalan masyarakat dalam mencari informasi yang cepat dan diandalkan. Meskipun media-media yang mengambil segmen (positioning) hiburan juga ada yang terjerumus pada persaingan ini, namun tidak semua ikut-ikutan berpihak. Akan semakin kocak sekiranya media-media hiburan turut terjun dalam persaingan yang terjadi. Akan muncul perang sinetron, infotainment, show, komedi dan perang reality drama-drama politik yang tentunya menggelitik atau malah bikin jijik pemirsanya.

Memang, sebenarnya perang kampanye negatif dan kampanye hitam yang lebih sengit dan vulgar telah terjadi di media-media sosial. Perang opini, asumsi, tuduhan, apresiasi, cemoohan dan caci-makibenar-benar terjadi secara vulgar dan kasar di twitter, facebook, youtube, path, BBM Broadcast, google+, dan media social lainnya. Tetapi bagaimana pun juga media sosial adalah media yang lebih bersifat personal dan pribadi bagi pemiliknya. Pertemanan dan jejaring yang dimiliki diciptakan sendiri oleh pemilik account. Ada kebebasan untuk unfriend, unshared, unfollow bahkan block jika seseorang tidak merasa nyaman dengan pernyataan orang lain.

Berbeda dengan media massa yang memakai fasilitas dan hak publik seperti frekuensi dan sebagainya. Media massa memiliki kaidah jurnalistik yang harus ditaati, kewajiban yang harus dipenuhi, serta hak-hak khalayak atau masyarakatnya yang harus dihormati. Keberpihakan yang vulgar nyata-nyata merupakan arogansi yang sangat memprihatinkan.

Namun apa boleh buat, inilah fenomena yang nyata-nyata terjadi saat ini. Kita masyarakat hanya bisa mencoba mengais sisi positif yang mungkin bisa kita peroleh. Mungkin terasa satir. Tapi Pemilu 2014, Pemilu Legislatif maupun Pemilihan Presiden 2014 boleh kita katakana sebagai pemilu yang paling memanjakan masyarakat. Masyarakat disajikan pilihan media yang gampang. Jika ingin mencari atau melihat berita-berita tentang salah satu parpol atau kandidat pasangan capres-cawapres tertentu, khususnya berita positif capres yang kita dukung dan berita negatif pasangan lawan, telah tersedia saluran/channel TV yang bisa kita tonton. Tinggal tentukan pasangan mana yang kita dukung dan media mana yang kita tonton. Media bagi masing-masing pasangan pilihan kita, telah tersedia dengan baiknya.

Mari nikmati saja dan puaskan ambisi keberpihakan kita. Lupakan media TV lawan, niscaya hidup Anda tenang dan damai sepenuhnya. Selamat menyambut Pilpres 2014. Salam demokrasi bagi semuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline