Lihat ke Halaman Asli

Rohmatullah Adny Asymuni

Dakwah dengan hikmah

Menyoal Takdir

Diperbarui: 5 Juli 2019   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  • Sebagai orang mukallaf, wajib hukumnya meyakini dan beriman bahwa takdir (baik & buruk) datangnya dari Allah Swt. Meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia adalah atas kehendak (iradah) & takdir Allah sejak azali dan bersamaan dengan ilmunya Allah sebelum terjadinya apa yang Allah takdirkan

  • Meski begitu, setiap perbuatan adalah Allah yang menciptakan bersamaan dg takdir dan kehendaknya, bukan bermakna manusia majbur (tidak dapat berbuat apa-apa, alias bagai boneka yang tak dapat berikhtiar, memilih untuk berbuat). 

  • Mengapa demikian?. Karena manusia diberi iradah (keinginan/kehendak) juziyah yang dapat menggunakannya untuk memilih melakukan kebaikan atau keburukan. Sehingga dgn ia menggunakan iradahnya pada kebaikan, berarti ia telah menginginkan kebaikan tersebut (sehingga akibatnya ia dapat pahala). 

  • Begitu juga sebaliknya, manakala ia menggunakan iradah tersebut pada perbuatan buruk, berarti ia telah memilih keburukan, sehingga konsekwensinya ia disiksa oleh Allah Swt.
    Sederhanya adalah bahwa manusia dalam seluruh perbuatannya tidak serta merta ia tidak dapat berikhtiar (memilih) atau majbur (bagai boneka). Satu contoh, geraknya tangan ketika menulis, apa gerak tersebut tidak ada ikhtiar (pilihan) dari manusia itu sendiri?. 

  • Justru geraknya tangan ketika menulis adalah bukti bahwa gerak itu dipilih manusia. Ada perbuatan yang bukan atas kehendak manusia tapi terjadi dan tidak diinginkan manusia (manusia tidak dapat memilih) seperti geraknya tangan karena gemetar, apakah gerak tersebut dikehendaki manusia?. Tentunya tidak. Sama seperti, ketika manusia terjatuh, katakan ia kepleset kakinya di lantai, apa kpeleset tersebut pilihan dia?. Tentunya tidak

    Dengan begitu, takdir baik yang bersifat ikhtiyariyah atau ith-thirariyah seperti contoh diatas semuanya adalah Allah yang menciptkan.
    Lalu, apakah takdir bisa berubah?. Bisa iya, bisa tidak. Tidak bisa berubah kalau takdir bersifat mubram. Bisa berubah kalau takdir berupa mualla'. Sayyidina Umar berdoa

    Duhai Allah, jika engkau menakdirkan aku orang celaka, hapuskanlah dan takdirkanlah aku menjadi orang yang selamat, beruntung.

    Rohmatullah Adny Asymuni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline