Secara umum kawat identik dengan bagian bahan bangunan atau alat pertukangan. Bangunan dan pertukangan identik dengan laki-laki.
Paradigma yang demikian sudah umum di masyarakat kita, oleh karenanya bila kita perhatikan bisa dibilang hampir-hampir tidak ada, atau jarang sekali perempuan yang mengunjungi toko bangunan. Perempuan lebih identik dengan urusan domestik seperti memasak, mencuci, dll; atau shopping di mall-mall.
Saya mempunyai pengalaman menjadi korban dari pemahaman yang demikian.
Sepulang sekolah sore itu saya sengaja mampir ke toko bangunan langganan untuk membeli kawat. Perempuan membeli kawat ke toko bangunan?
Oiya... perlu saya ceritakan bahwa saya hobi membuat bunga-bunga dari akrilik, atau hal-hal yang berbau crafting, dan kawat adalah salah satu bahannya, untuk tangkai.
Bila membeli kawat di toko pernak-pernik bunga, harganya jauh lebih mahal, memang sih just use it, tinggal pakai karena sudah potongan per tangkai dengan ukuran panjang tertentu. Nah, selama ini hobi identik dengan mengeluarkan uang, sekarang hobi harus menghasilkan uang.
Apalagi bila ada yang minat dengan harga kita, mini busines, why not? Dari sinilah saya harus berpikiran bisnis pula, modal lebih miring agar harga jual tidak terlalu tinggi dan kalau bisa, untung tetap ada.
"Pak, mau beli kawat ukuran segini," saya mengawali percakapan sambil menunjukkan contoh kawatnya. Tanpa bertanya untuk apa atau ba-bi-bu-be-bo, si penjaga toko langsung jawab: "Emang hari gini masih musim, ya Bu, jemuran pakai kawat?"
"Maksudnya?" tanya saya heran.
"Loh...?" tukasnya agak bengong seolah nyadar bahwa pemikiran dan kalimatnya keliru. Dalam sangkanya, saya membeli kawat untuk tali jemuran. Wkwkwkwkwk... Memang benar bahwa sekarang sudah tidak musim (tidak njaman) lagi, menggunakan kawat untuk tali jemuran, tetapi pemikirannya tidak benar 100% juga.
Letak kekeliruannya mengidentikkan kawat dan perempuan selalu terkait dengan jemuran. Artinya, tersirat pemikiran bahwa perempuan itu kalau mencari kawat hanya terkait dengan tugas-tugas domestik.