Oleh : Maula Rokhim, S.e , Muhibban, M. Ag , Muhammad Misbakul Munir, M.P.I
Pengantar
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sistem pendidikannya menjadi inspirasi untuk mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia. Apalagi mengingat perannya yang sangat sentral di masyarakat luas, pesantren dapat menjelma menjadi lingkaran pergerakan ekonomi, baik di luar pesantren maupun di dalam pesantren. Sayangnya, banyak pesantren (terutama sekolah menengah) yang dijalankan secara lokal, dan beberapa gulung tikar karena roda ekonomi yang buruk. Tidak semua orang membayar jumlah penuh, tetapi itu tergantung pada biaya bulanan siswa. Beberapa membayar setengah harga, sementara yang lain miskin atau yatim piatu dan karena itu tidak membayar sama sekali. Atau, mengandalkan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) berarti mereka memberi saran.
Sangat tidak efektif bagi pondok pesantren untuk mengandalkan dua sumber pendanaan ini (biaya santri dan dana BOS) sebagai roda pergerakan ekonomi. Tentu saja, tidak semua santri membayar uang SPP dan uang BOS, yang merupakan ketimpangan ekonomi. Hal ini dapat berhenti dengan cepat, sehingga menyulitkan untuk membayar kebutuhan sehari-hari, guru, petugas kebersihan, dan biaya lainnya. Akibatnya beban semakin berat, semakin banyak, dan akhirnya banyak pondok pesantren yang tidak aktif karena hal ini
Pondok pesantren, sebagai pusat pendidikan dan keagamaan, memiliki peran yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang beriman dan mandiri secara ekonomi. Salah satu pondok pesantren yang mengusung konsep kemandirian ekonomi secara holistik adalah Pondok Pesantren Al-Aqsho di Blitar. Dalam artikel ini, kami akan mengulas berbagai aspek program kemandirian ekonomi yang dijalankan oleh Pondok Pesantren Al-Aqsho, serta berbagai strategi dan pendekatan yang mereka terapkan untuk mencapainya.
1. Pendekatan Program Kemandirian Ekonomi
1.1 Pelatihan Kewirausahaan
Salah satu pilar utama program kemandirian ekonomi di Pondok Pesantren Al-Aqsho adalah pelatihan kewirausahaan. Santri-satri dan guru diberikan pelatihan yang komprehensif tentang bagaimana memulai dan mengelola bisnis. Pelatihan ini membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membangun usaha sendiri, sehingga mereka tidak hanya mendapatkan keahlian dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang ekonomi.
1.2 Manajemen Keuangan Mandiri
Selain pelatihan kewirausahaan, pondok pesantren ini juga mengajarkan manajemen keuangan mandiri kepada santri-satri dan guru. Mereka diajarkan tentang cara mengelola keuangan dengan efisien dan bijaksana, sehingga mereka dapat memastikan keberlanjutan bisnis pesantren. Hal ini menciptakan individu-individu yang mandiri dalam pengelolaan keuangan, yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Pendekatan Tanpa Upah