Lihat ke Halaman Asli

Jiwa Layu

Diperbarui: 22 Desember 2024   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jiwa yang layu merindukan datangnya hangat, kehangatan dari seorang yang paling indah senyumnya dan paling binar matanya, 

Andai saja ia tahu, jiwa layu ini sangat mengagumi dirinya, apa yang dia rasa ketika tahu? rasa yang dihantarkan kepadanya apakah berbalas sama?

Tapi relaitas ini tidak memihak jiwa yang layu, jiwa yang layu hidup sebatang kara dalam ruang-ruang kosong kehampaan 

Tak ada yang diceritakan, tak ada yang disampaikan, bahkan ungkapan rasa tak mampu terucap dsari jiwa yang terlanjur lebur dengan kesunyian dan keheningan

Biarpun begitu jiwa ini masih mengarharap hangatnya petang, walau petang itu selalu bersembunyi dari balik antartika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline