Rasulullah memberi peringatan yang tegas terhadap perilaku menyembah harta, yang tergambar dalam hadis beliau tentang "hamba dinar dan dirham". Hadis ini menegaskan bahaya dari menghamba pada harta dan kemewahan duniawi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ.
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Qathifah (pakaian yang tebal), serta hamba Khamishah (baju bergaris-garis dari sutera atau wol), jika diberi ia akan ridha dan jika tidak diberi maka dia tidak akan ridha.
(Sahih al-Bukhori no. 5955).
Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang terjebak dalam kehidupan ini, yang selalu mengejar kekayaan dan kemewahan, akan merasa puas hanya saat memperolehnya. Namun, begitu harta dan kemewahan itu lenyap, kepuasan mereka juga akan hilang.
Orang yang menghamba pada harta akan selalu merasa tidak puas. Jika diberi, dia akan menginginkan lebih banyak lagi. Dan jika tidak diberi, dia akan merasa tidak ridha. Sikap ini mencerminkan kecanduan yang tak pernah puas terhadap harta.
Pesan dari hadis ini adalah untuk menjauhi budaya materialisme yang seringkali membutakan manusia akan kebutuhan spiritualnya. Kehidupan yang diwarnai oleh kesederhanaan dan keikhlasan jauh lebih berharga daripada harta yang melulu dikejar.
Mari kita ambil pelajaran dari hadis ini untuk menjauhi perilaku menyembah harta dan menjadikan kebaikan akhirat sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, yang tidak bisa dibeli dengan harta dunia.