Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Sang Maestro Crop Circle Tidak Buka Identitas?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12963918851902739297

[caption id="attachment_88066" align="alignnone" width="604" caption="Istimewa - Google images"][/caption]

Seiring dengan berjalannya waktu serta berbagai pengamatan langsung oleh para ahli, sudah bisa disimpulkan 99,9% Crop Circle adalah buatan manusia. Mengapa tidak dibuatkan angka kepastian 100%, karena bagaimanapun sebuah fenomena kalau belum ada sebuah pengakuan dan bisa dibuktikan bahwa memang dia pembuatnya masih menyisakan secuil misteri. Maka satu-satunya misteri yang masih tersisa dari Crop Circle yang ada di Sleman dan Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebenarnya siapa yang membuat Crop Circle dan siapa sang Maestro-nya. Dalam era web 2.0 ini yang ditandai dengan membanjirnya berbagai fenomena unik di ranah publik. Maka ide pembuatan Crop Circle yang baru pertama kali di Indonesia sungguh merupakan sebuah ide yang brilian dan jenius. Sebagai sebuah fenomena unik, Crop Circle ini mempunyai nilai-nilai yang patut diapresiasi. Pertama, fenomena crop circle ini tercatat sebagai yang pertama di Indonesia, maka penggagasnya patut tercatat dalam MURI sebagai orang pertama yang menciptakan Crop Circle di Indonesia. Kedua, ide pembuatannya sebagai sebuah karya yang unik. Sebuah penggabungan antara pengetahuan matematika dengan karya seni instalasi outdoor yang dahsyat. Fenomena Crop Circle tidak cukup hanya dilakukan seorang seniman yang tidak mempunyai pengetahuan teknik yang memadai. Karena output Crop Circle ini merupakan penggabungan dari sebuah teknik penghitungan yang teliti, serta bakat imajinasi seni yang tinggi. Ketiga, eksekusi pembutan Crop Circle membutuhkan pengetahuan yang lebih diatas rata-rata, karena pembuatannya disamping harus menggunakan teknik-teknik perhitungan yang rumit, waktu yang dibutuhkan juga harus sesingkat-singkatnya, dan yang jelas biar mempunyai efek yang maksimal, pembuatannya juga harus tidak diketahui orang. Ketiga syarat ini mutlak dilakukan, kalau menginginkan sebuah hasil Crop Circle yang sempurna. Lalu mengapa sang Maestro Crop Circle tidak segera menampak batang hidungnya. Ada paling tidak dua alasan mengapa sang Maestro tetap bersembunyi. Pertama, karena memang dirancang sejak awal untuk tidak akan membuka identitasnya, apapun resikonya. Artinya sang Maestro memang sudah puas bahwa karyanya bisa menghebohkan publik seluruh Indonesia, dan diapresiasi sebagai sebuah karya yang original dan luar biasa. Kedua, sang Maestro sebenarnya punya niatan untuk membuka identitasnya, namun dari bebarapa komentar petugas keamanan - polisi, akan mengusut pembuat Crop Circle ini sebagai oknum yang sudah meresahkan masyarakat. Tuduhan ini sebenarnya tidak perlu terjadi kalau aparat kita bisa memahami sebuah kreasi-kreasi dari orang-orang jenius. Biarkan mereka berkarya dan melakukan berbagai eksperimen. Kalau toh dianggap merugikan petani, maka sang Maestro cukup mengganti kerugian kepada bapak Petani. Perkiraan dari petugas pertanian, akibat pembuatan Crop Circle ini hanya sebesar Rp 500.000,-. (lima ratus ribu rupiah). Kerugian sebesar Rp 500.000,-, kalau dibandingkan kehebohan dan besarnya liputan media masih cukup murah lah, dibandingkan kerugian akibat kelakuan Gayus yang mencapai lebih dari Rp 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).......hehehe Twitter: @rofiq70 FB: arofiq aja




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline