Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Berdagang Sampai ke Ujung Barat Pulau Sumba

Diperbarui: 4 Desember 2019   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto rofinus dk

Suatu siang, Sabtu minggu yang lalu, saya pulang kampung untuk sekadar silaturahim saja. Dalam perjalanan sampai di area kehutanan, sebelum sampai tujuan, saya mengawasi sebuah truk kayu di depan kendaraan saya, karena tulisannya yang menarik di pintu belakangnya.

Tulisan itu, sebagaimana tampak dalam gambar yang saya abadikan, berbunyi : Hidup Kami Memang Kurang (Tidur) Tapi Kami Punya Banyak Mimpi. Kemudian saya perhatikan plat nomor polisinya berasal dari Jakarta. Sedangkan muatannya berupa aneka barang dagangan produksi pabrik.

Truk tersebut melaju pelan-pelan saja menuju arah barat pulau Sumba. Tepatnya ke arah wilayah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Tujuannya tidak lain yaitu berdagang. Menjajakan barang-barang dagangan produksi pabrik dari luar Sumba (Jawa) ke desa-desa sepanjang jalan raya Kodi. Tentu saja pada rumah warga desa yang ada usaha kios atau tokonya. 

Setelah barang-barang laku, mereka akan membeli hasil bumi dari wilayah tersebut, terutama Jambu Mete, kelapa, kemiri, kopi, cokelat, dan jagung untuk diperdagangkan lagi di wilayah Jawa.

Truk dagang  tersebut hanya salah satu contoh dari banyak kendaraan dagang berplat luar Sumba yang sering masuk keluar Sumba untuk tujuan dagang. Kendaraan-kendaraan seperti ini bisa disaksikan hilir-mudik di daratan Sumba setiap hari.

Pemandangan seperti ini sudah mulai terjadi sebelum Kabupaten Sumba Barat Daya mekar menjadi Daerah Otonom Baru pada 2007. Namun memang makin meningkat tajam aktivitas lalu lintas kendaraan dagang setelah 2007.

Kondisi tersebut merupakan dampak positif dari tersedianya inprastruktur dermaga atau pelabuhan laut baik untuk kapal penumpang maupun ferry /kapal barang di SBD yang bernama Weekelo. 

Di samping itu juga sangat dipengaruhi oleh keterbukaan dan keramahtamahan masyarakat Sumba dalam menerima orang luar  untuk berusaha dagang di Sumba. Sampai hari ini belum pernah ada kasus pemalakan kendaraan luar Sumba.

Pengaruh yang lain, tentu adalah daya tarik Sumba sendiri sebagai penghasil kuda sandalwood, sapi ongole, kerbau dan hasil bumi perdagangan serta predikat Sumba sebagai pulau terindah di dunia saat ini.

Dampak keterbukaan lalu lintas perdagangan darat tersebut, jelas saling menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat Sumba juga meningkat kesejahteraannya karena hasil-hasil buminya laku. Mereka juga bisa membeli barang yang dibutuhkan dengan harga yang bersahabat.

Nah, jangan ragu-ragu datang dari Jawa atau daerah manapun menuju Sumba sampai di ujung baratnya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline