Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Pater Mikhael Keraf, Galakkan Penghijauan dengan Pohon Buah-buahan di Daerah Sumber Air

Diperbarui: 3 Desember 2019   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto rofinus dk, Pater Mikel memakai Topi | dokpri

Lima hari yang lalu, Jumat 29 November 2019, saat transit di terminal Bandar Undara I Gusti Ngurab Rai Denpasar Bali, saya sempat jumpa dan diskusi sebentar dengan seorang rohaniawan Katolik bernama Pater Mikhael Molan Keraf, CSsR. Saya pulang dari Jakarta dan Pater Mikel dari Sumba menuju Jakarta dan keesokannya akan lanjut ke Roma Italia selama beberapa pekan.

Selain tugas pokoknya sebagai pastor, Pater Mike juga adalah seorang aktivis sosial budaya dan lingkungan serta pemberdayaan di bawah lembaga Donders Weetabula Sumba. Ia adalah Direktur Donders.

Topik menarik yang kami diskusikan saat itu adalah isu lingkungan. Khususnya kawasan hutan Sumba yang makin rusak parah.  Lebih menukik lagi terkait kerusakan kawasan hutan di daerah aliran sungai yang menyebabkan debit air sungai dan mata air sekitarnya menurun drastis di musim kemarau seperti saat ini.

Saat itu, Pater Mike sangat bersemangat menceriterakan aktivitasnya yang barusan berlangsung dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Nasional. Donders berkolaborasi dengan PLN cabang Sumba telah melakukan penghijauan di kawasan Lokomboro, Desa Dikira, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Lokomboro adalah air terjun. Sudah lama dimanfaatkan sebagai sumber energi baru terbarukan oleh PLN Sumba menjadi PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikro hidro). 

Kawasan hutan di daerah aliran sungai Lokomboro tersebut sudah termasuk rusak karena pembalakan liar oleh masyarakat. Pohon-pohon sudah kurang banyak. Sehingga daya dukung lingkungannya sudah kurang jauh. Dampaknya debit air terjun tersebut kurang dan melemah di musim kemarau.

Foto sreenshoot dari www.victorynews.id

Dalam rangka untuk memulihkan habitat dan fungsi kawasan hutan tersebut, kata Pater Mikel, barusan mereka melakukan penghijauan dengan terobosan yang baru. Mereka tidak menggunakan lagi bibit-bibit pohon seeperti jati, mahoni, dan lain-lain. Mereka menggunakan bibit-bibit pohon buah-buahan dan perkebunan, seperti mangga, kelengkeng, sukun, kemiri, dan lain-lain. Populasi yang mereka tanam sekitar 6.000 (enam ribu) tegakan.

Mengapa demikian? Menurut Pater Mikel, kalau menanam pohon-pohon yang kayu bernilai ekonomi tinggi, maka suatu waktu akan dirusak kembali oleh masyarakat. "Dengan menanam tanaman buah-buahan, maka ketika sudah saatnya berproduksi masyarakat boleh bebas mengambil buahnya. Dengan demikian maka masyarakat tidak akan merusak pohon-pohon yang ada," jelas Pater Mikel memberi argumentasi.

Mungkin upaya tersebut memang bukan yang terbaik. Tapi tentu kita mendukungnya sebagai upaya alternatif dalam melestarikan lingkungan hidup di negeri tercinta ini. 

Profisiat. 

Catatan: karena foto kegiatan penanaman pohon belum dikirim oleh teman-teman Pater Mikel maka saya sreenshoot foto dari www.victorynews.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline