Kopi Sumba adalah jenis Robusta. Tumbuh dan berkembang dengan baik pada dataran tinggi yang lembab dan cukup dingin di wilayah Wewewa dan satu dua desa di wilayah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Artinya, produsen kopi rakyat di Pulau Sumba hanya ada di Sumba Barat Daya.
Dalam lomba cita rasa kopi pada Festival Kopi Nusantara, setelah melewati uji cita rasa di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur, Agustus 2017 lalu, kopi Sumba meraih prestasi sebagai Kopi Terenak se-Indonesia.
Di sana Kopi Sumba mendapat nilai 86,76 pada sistem penilaian "Score cupping Test Specialty" untuk jenis robusta, menyingkirkan sembilan finalis lain. Disamping itu, menurut Arie Sudaryanto, seorang peneliti LIPI, kopi Sumba juga memiliki rasa unik, yaitu ada rasa coklat dan 'after taste' yang enak.
Peran LIPI
Prestasi yang diraih oleh Kopi Sumba tersebut, tidak terlepas dari peran Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Menurut Drs. Ndara Tanggu Kaha, Wakil Bupati Sumba Barat Daya, sejak tahun 2015, atas inisiatifnya, ia telah meminta kawan-kawannya dari LIPI untuk bekerjasama dalam rangka memperbaiki kualitas Kopi Sumba, mulai dari pemeliharaan tanaman, proses panen yang benar, fermentasi, pengeringan dan penggorengan biji kopi menjadi kopi bubuk siap saji.
LIPI mengawali debutnya dengan menggandeng UKM (kini telah menjadi Koperasi Serba Usaha) Lembah Hijau di Desa Kadi Roma, Kecamatan Wewewa Tengah. Bersama Elisabeth Malo, Ketua KSU Lembah Hijau, LIPI memberikan pendampingan teknis secara tekun dan disambut serius pula oleh petani Kopi di Kadi Roma.
Pendampingan teknis yang dilakukan oleh LIPI sejak 2015, kemudian berlanjut pada tahun 2016 dan 2017, serta didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, tidak sia-sia. Tapi menghasilkan produk kopi Sumba yang berkualitas dan berkelas nasional dan internasional, dengan merk dagangnya yaitu Aroma Kopi Sumba.
Prospek Kopi Sumba
Menghasilkan kopi Sumba dengan kualitas terenak atau terbaik se-Indonesia, tentu bukanlah tujuan akhir yang ingin dicapai. Tapi yang diharapkan adalah bagaimana prospek ekonominya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan khususnya petani kopi sendiri.
Prospeknya sesungguhnya sangat baik. Pasar domestik Sumba sendiri terbuka lebar. Karena warga Sumba adalah peminum kopi. Di samping itu, sejalan dengan perkembangan pariwisata di Sumba, perhotelan dan restauran serta rumah makan makin bertambah. Artinya, peluang pasar tersedia.
Pasar luar Sumba juga terbuka lebar. Sebab, kopi terenak mana yang tidak akan dicari oleh konsumen kopi. Tinggal mengatur tata niaga dan promosinya saja. Bukankah begitu?