Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Hama Belalang Kumbara Kembali Serang Sumba Timur, Bagaimana Mengendalikannya?

Diperbarui: 26 Juni 2019   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.shutterstock.com/

Kompas.com hari ini, Rabu 26 Juni 2019, merilis berita bahwa hama belalang menyerang sejumlah wilayah di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peristiwa ini diakui oleh Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, "Iya betul, ada dua kecamatan yang diserang hama belalang, yakni Kecamatan Pahunga Lodu dan Rindi." 

Menurut Gidion, hama belalang itu menyerang wilayahnya sejak pekan lalu. Gidion menyebut, belalang itu kembali menyerang wilayahnya, setelah pada Bulan Mei lalu, sempat menghilang begitu saja.

Meskipun tidak disebutkan jenis belalang yang sedang melanda wilayah Sumba Timur, namun bisa dipastikan jenisnya yaitu belalang kumbara atau kembara (Locusta migratoria). Sebab berangkat dari pengalaman tiga kali peristiwa eksplosi serangan hama belalang kumbara di Sumba pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu 1973 - 1975, 1999 -- 2002, dan 2016-2017.

Belalang tersebut disebut belalang kumbara atau kembara, karena mempunyai sifat membentuk kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (bermigrasi atau mengembara) dengan kecepatan yang cukup tinggi sekitar 15-20 km/jam dan mencapai 5-130 km perhari. Sehingga dalam waktu yang singkat, belalang tersebut dapat menyebar luas baik dalam areal satu wilayah atau menyeberang ke wilayah lain.

Harus Segera Dikendalikan

Serangan hama belalang tersebut harus segera dikendalikan sebelum statusnya meningkat menjadi eksplosi (ledakan). Sebab jika sudah status eksplosi maka akan sangat sulit untuk mengendalikannya dan dampaknya adalah bencana krisis pangan, yang pada gilirannya akan menimbulkan kelaparan dan kurang gizi serta masalah sosial lainnya.

Eksplosi serangan hama belalang yang terjadi pada masa-masa yang, terutama pada 1973 -- 1975 dan1999 -- 2002, adalah pengalaman pahit yang tidak terlupakan. Waktu itu timbul bencana bagi masyarakat Sumba yaitu menderita kelaparan dan rawan gizi  akibat krisis / rawan bahan makanan pokok. Karena tanaman pangan mereka yaitu padi dan jagung gagal berproduksi (gagal tanam dan gagal panen) karena diserang oleh hama belalang.

Bencana kelaparan yang paling hebat adalah yang terjadi pada 1973-1975. Masyarakat Sumba waktu itu sangat sulit memperoleh bahan makanan. Umbi-umbian di hutan pun seperi Uwi (gadung) dan Laghuta (jenis gembili) sudah habis digali oleh masyarakat. Beruntung waktu itu ada bantuan Bulgur dari Jerman yang dapat menolong untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan bagi masyarakat. Bulgur ini, di kemudian hari baru diketahui bahwa merupakan bahan makanan ternak di Jerman.

Bencana ikutan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat kelaparan pada waktu itu, adalah merajalelanya pencurian dan perampokan ternak. Dalam beberapa kasus, pencurian dan perampokan ternak tersebut disertai dengan kekerasan dan menimbulkan korban jiwa.

Empat Metode Pengendalian

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk membasmi atau menekan seminimal mungkin populasi hama belalang tersebut supaya tidak eksposif dan menjadi hama yang merusak tanaman pangan masyarakat,  dapat  dilakukan dengan empat metode pendekatan, yaitu kultur teknis, mekanis, kimiawi, dan biologis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline