Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Bersahabat dengan Alam, seperti Merawat Rumah Sendiri

Diperbarui: 17 Maret 2018   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alam --atmosfer dan bumi-- ibaratnya rumah kehidupan bersama seluruh makhlukhidup. Sebab alam merupakan lingkungan tempat tinggal, sumber makanan dan air, tumbuh dan berkembang biak seluruh makhluk hidup, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, baik yang ada di atas dan di bawah bumi maupun yang kelihatan dan tersembunyi.

Sejak beberapa dasawarsa yang lalu sampai sekarang ini, isu tentang kondisi alam kita makin mencemaskan. Ibarat rumah tinggal, fungsi dan manfaat alam sudah kurang memberikan rasa nyaman lagi bagi penghuninya.

Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini dunia telah mengusung gagasan-gagasan reflektif namun serius tentang bagaimana melestarikan alam, sebagaimana halnya kita memelihara rumah sendiri. Tahun lalu misalnya, dunia telah menggulirkan ide Connecting People to Nature, yang berarti hubungan manusia dengan alam atau terjemahan bebasnya adalah berhubungan dengan alam.

Gagasan tersebut tampak sangat klasik dan biasa-biasa saja. Tapi jika kita refleksikan dengan baik maka akan beraneka pesan moral yang disampaikannya tentang bagaimana seharusnya kita jutaan umat manusia di seluruh dunia, termasuk kita di Indonesia, sebagai satu-satunya makhluk hidup ciptaan Tuhan yang berakal budi di alam semesta, memperlakukan alam dengan baik dan arif-bijaksana untuk menciptakan lingkungan hidup yang kondusif dan baik.

Hubungan sangat Vital

Kita manusia dan alam mempunyai hubungan yang bukan sekadar erat tapi sangat vital. Kehidupan kita sangat bergantung dari alam. Seluruh kebutuhan primer hidup kita mulai dari oksigen, air, makanan, papan dan sumber daya alam lainnya yang menghasilkan papan sampai kebutuhan sekunder, disediakan oleh alam. Disamping kebutuhan jasmani tersebut, kita juga dapat merasakan dan menikmati kebutuhan tersier yang memanjakan jiwa rohani dari panorama keunikan dan keindahan alam seperti pantai, danau, pegunungan dan hutan dengan aneka hayatinya baik flora maupun fauna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kita peroleh dari atmosfer, tumbuhan dan hewan baik di darat maupun air, dan aneka kekayaan yang berada di bawah bumi.

Sementara alam (hampir) tidak mempunyai kebergantungan kepada kita. Kecuali karbon dioksida yang kita hasilkan saat bernapas pada siang hari dan jasad kita yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai sumber hara dan bahan makanan. Itupun juga jika posisi kita terjangkau dan apalagi kuburan manusia sekarang sudah beton, mana mungkin tumbuhan dapat mengakses manfaatnya.

Kita semua menyadari bahwa sangat besar kemanfaatan alam bagi kehidupan. Sebagian diantara kita sangat mensyukurinya, kemudian berusaha menjaga dan memelihara serta melestarikan keberlangsungan alam beserta segala sumber kekayaannya. Namun mayoritas dari kita, baik disengaja (karena ego dan keserakahan) maupun tidak sengaja (karena kebodohan), melakukan perbuatan-perbuatan sembrono yang merusak alam, seperti eksploitasi dan eksplorasi besar-besaran sumberdaya kekayaan alam untuk kepentingan diri sendiri.

Masalah Lingkungan Hidup

Dampak dari perbuatan-perbuatan sembrono yang merusak alam, menyebabkan  timbulnya bahaya alam dan masalah lingkungan hidup dunia. Khususnya kita di Indonesia, masalah lingkungan hidup yang sedang dihadapi saat ini adalah penebangan hutan secara liar / pembalakan hutan,  polusi air dari limbah industri dan pertambangan,  polusi udara di daerah perkotaan (seperti Jakarta telah tercatat sebagai kota metropolitan dengan udara paling kotor nomor tiga di dunia), asap dan kabut akibat kebakaran hutan, perambahan suaka alam/suaka margasatwa (seperti  perburuan liar dan perdagangan hewan liar yang dilindungi, penghancuran terumbu karang akibat bom ikan), pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan / pengolahan, hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara, dan penggunaan pestisida baik herbisida, insektisida dan pupuk dengan dosis yang tidak ramah lingkungan.

Sedangkan kami sendiri di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur,  juga menghadapi masalah lingkungan hidup, diantaranya yaitu penebangan hutan secara liar, pembakaran hutan / padang,  penghancuran terumbu karang akibat bom ikan,  perdagangan aneka satwa liar yang dilindungi, pembuangan sampah secara sembarangan, limbah industri kecil, rumah tangga, rumah sakit dan perhotelan yang belum terjamin pengolahannya,  dan penggunaan pestisida dengan dosis tinggi, baik herbisida, insektisida dan pupuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline