Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Pasola dan Eksistensi Kuda Sandelwood

Diperbarui: 25 Januari 2018   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Iven Pasola atau Paholong sebagai salah satu pakem ritus tradisi nale di Pulau Sumba, khususnya bagi masyarakat adat di empat wilayah suku yaitu Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Wanukaka, Lamboya dan Gaura, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagaimana telah diposting pada 24 Januari 2018 kemarin, bukan hanya memiliki makna religiusitas saja. Tapi juga mempunyai keterkaitan sangat erat atau impact yang besar terhadap eksistensi kuda Sumba, yang terkenal dengan nama kuda sandlewood (cendana).

Kuda Sandelwood merupakan ciri khas dan harta berharga yang dimiliki masyarakat Sumba, yang membedakannya dengan ciri khas masyarakat di daerah lain. Tentu hal ini patut disyukuri oleh masyarakat Sumba, sebagai berkat dari Marapu, Mori Mawolo Marawi(Tuhan Maha Pencipta).

Pasola yang "diciptakan" dan diwariskan oleh para leluhur yang telah menjadi Marapu, merupakan suatu "ilham tradisi kultural" yang sangat arif dan berwawasan sangat jauh ke depan. Tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas.

Dalam iven Pasola, tidak bisa tidak, wajib ada kuda, terutama kuda sandlewood. Pasola tanpa kuda, jelas bukan Pasola lagi namanya, tapi lebih cocok disebut lempar lembing saja.

Oleh karena itulah populasi kuda sandelwood terus dijaga oleh masyarakat di Sumba supaya tetap berkembang secara baik. Sebab jika populasinya kurang maka kondisi Pasola dengan sendirinya kurang ramai. Dan apabila populasinya punah maka eksistensi Pasola pun di ujung tanduk dan bisa jadi nasibnya tinggal dongengan belaka.

Secara empirik membuktikan, para laki-laki yang gemar berlaga dalam Pasola, selalu berusaha memiliki dan memelihara kuda sandlewood.terutama yang jantan. Kuda-kuda tersebut dirawat dan dilatih sebaik mungkin dengan tujuan supaya fisiknya sehat, segar, indah dan mudah dikendalikan ketika tampil di arena lapang Pasola.

Sedangkan kuda-kuda bettina jarang dihadirkan, apalagi dipacu, di arena lapang Pasola. Jika sempat melihat ada kuda betina di sekitar lapang Pasola, maka ada yang menggunakannya sebagai kendaraan saat pergi menonton Pasola.  

Dengan impact Pasola itu, tentu kita berharap supaya Pasola tersebut tetap terus dilestarikan. Sebab Pasola selama ini sudah membuktikan power kulturalnya sebagai suatu "kiat tradisi kultural" yang sangat strategis dalam rangka mempertahankan eksistensi populasi kuda Sumba.

Selamat datang di Sumba Barat Daya untuk menyaksikan Iven Pasola. ***

 

Oleh Rofinus D Kaleka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline