Lihat ke Halaman Asli

Rofingatun Nikmah

Communication Student

Kiat Studi Lanjut di Perguruan Tinggi, Berikut Elaborasinya

Diperbarui: 2 Februari 2021   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memilih program studi merupakan sesuatu yang tidak mudah dan tidak juga dikatakan menyusahkan. Ade P.P.W. Tunggali selaku peneliti, mengklaim bahwa, hampir 90% mahasiswa di Indonesia mengaku salah jurusan ketika menjalani perkuliahan" dari hasil penelitian dengan metode survei yang beliau lakukan kepada 100 siswa SMA/SMK/MA di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2018. Di lain sisi, terdapat tiga faktor yang menjadi indikasi utama dari penelitian tersebut. 

Menuruti kehendak orang tua, tidak mampu membuat perencanaan kuliah dan program studi yang sesuai dengan diri mereka masing-masing dan sekedar ikut-ikutan teman. Sadar akan hal tersebut, tulisan ini akan memberikan sudut pandang baru tentang memilih dan melanjutkan studi lanjut ke perguruan tinggi swasta.

Inspirasi dimulai dari kepesertaan saya dalam mengikuti UNISA Yogyakarta School Academy di MAN 5 Sleman, Yogyakarta (30/1), bahwa memilih program studi haruslah datang dari hati dan pengetahuan. Sebuah kolaborasi yang unik dan membuat saya penasaran. Langkah awal yaitu Eksplorasi, kita dituntut untuk menjadi orang yang kepo (knowing-each-particular-and reasonable). 

Pada tahap ini kita harus meneliti tentang apa yang akan di pelajari, mata kuliahnya apa saja, berapa lama masa studinya dan fasilitasnya apa saja. Akreditasi program studi yang dituju, syarat dan ketentuan pendaftaran dan seketat apa persaingan dalam meraih program studi di kampus tersebut menjadi anak tangga selanjutnya untuk menentukan kemantapan diri kita.

Langkah selanjutnya adalah Diskusi dengan orang tua atau wali dengan komunikasi yang baik. Tahap ini dibilang menjadi out of box dari rangkaian materi yang saya dapatkan. Pada tahap ini itu dituntut untuk memberitahu alasannya (what and why) dan make a deal (membuat kesepakatan). 

Sebagai peserta saya kagum dengan tahap ini dan berjanji untuk lebih banyak berkomunikasi dengan harapan orangtua dapat memahami apa maksud dan tujuan saya di masa depan ketika menunjuk program studi tersebut. 

Langkah terakhir adalah Seeing is Believing dengan melihat lima faktor yang ada di dalamnya, akreditasi, lokasi kampus, biaya studi dan beasiswa, lingkungan sosial dan UKM dan organisasi kemahasiswaan. Lima faktor tersebut menjadi pertimbangan akhir dalam kita membuat keputusan. 

Pada kesempatan tersebut yang membuat saya memutuskan untuk membagikan ilmu yang saya dapat terdapat pernyataan "menjadi mahasiswa itu pilihan, tidak peduli dimanapun kalian belajar, di kampus manapun, program studi apapun, yang menjadikan karakter diri kalian itu bukan kampus, bukan dosen, bukan teman, tapi kalian, sebab idealisme kalian sebagai calon mahasiswa adalah sebuah kemewahan".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline