Lihat ke Halaman Asli

Rofikoh Sulistiani

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Kampus Mengajar Angkatan 2: Efektifkah dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi dan Numerasi Siswa SD?

Diperbarui: 8 November 2022   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hingga saat ini, sudah ribuan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang berpartisipasi dalam Program Kampus Mengajar. Kampus Mengajar sendiri adalah sebuah program yang diusung oleh Kemendikbudristekdikti melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan softskill mahasiswa Indonesia dengan memberikan kesempatan untuk belajar di luar kelas selama satu semester. Mahasiswa ditempatkan di berbagai sekolah 3T di penjuru Indonesia untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

"Kampus Mengajar dapat menjadi ajang kontribusi bagi jagoan-jagoan mahasiswa Indonesia untuk ikut andil dalam meningkatkan proses pembelajaran berikutnya," papar Nadiem Makariem, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Pada tahun 2021 silam, telah dilaksanakan Program Kampus Mengajar Angkatan 2 di SDN 1 Karangmalang, Cirebon. Program tersebut berlangsung selama 5 bulan. Tepat ketika Pandemi COVID-19 mulai mereda sehingga proses dapat berlangsung secara tatap muka terbatas.

Mahasiswa bertugas membantu guru dalam segala aspek pembelajaran. Terdapat tiga tugas utama, yaitu membantu proses pembelajaran, administrasi, dan adaptasi teknologi. Terlepas dari itu, mahasiswa juga dituntut untuk turut dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa melalui sosialisasi AKM di kelas tertentu.

Dalam peningkatan literasi dan numerasi, mahasiswa juga mengusung berbagai program kerja, seperti pojok literasi, pojok baca, bimbingan membaca, dan lain-lain. Program-program tersebut sangat disambut baik oleh siswa dan guru.

Melalui program-program tersebut, siswa dapat mendapatkan pembelajaran literasi dan numerasi di luar kelas dengan setting pembelajaran yang lebih menyenangkan. Hal tersebut akhirnya dapat meningkatkan minat siswa dalam membaca. Pada jam istirahat, banyak siswa yang berkumpul di pojok baca untuk dibimbing membaca bersama mahasiswa.

Selain itu, Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) juga dilakukan di Kelas 5 guna mengetahui kemampuan literasi dan numerasi. Simulasi AKM dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu satu semester. Dengan penggunaan perangkat teknologi, pelaksanaan AKM dapat dilakukan secara terstruktur.

Tentunya program-program serupa harus terus dilakukan di berbagai sekolah dasar secara kontinyu. Dengan begitu, dampak positif dari program tersebut dapat terealisasi dengan baik. Begitu juga dengan Program Kampus Mengajar, jika pemerintah dengan konsisten mengawal program ini, tentunya kualitas pendidikan di Indonesia akan terus meningkat. Dibarengi dengan peningkatan softskill mahasiswa Indonesia.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline