Lihat ke Halaman Asli

Betah di Tempat Rantau? Why Not!

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13884055521515474020

Sejak kecil saya selalu “rewel” jika diajak menginap di tempat/rumah orang lain. Contohnya saja jika lebaran telah tiba, dan malam telah datang , waktu sudah mengharuskan saya untuk tidurentah kenapa saya selalu menangis dan mengajak orang tua saya untuk pulang padahal saya ingat sekali waktu itu waktu telah menunjukkan pukul 24.00 WIB. Dan hal tersebut tidak hanya terjadi sekali, namun berulang-ulang setiap tahunnya. Namun hal lain terjadi saat ini, setelah tamat sekolah menengah atas saya diharuskan untuk melanjutkan studi di kota lain, bahkan provinsi lain yang artinya secara otomatis saya harus meninggalkan rumah, dan hidup mandiri sendiri disana demi masa depan.

Memang , pada awalnya rasanya susah sekali untuk beradaptasi disana, dikota tersebut, Yogyakarta. Apalagi waktu beradaptasi bersamaan dengan waktu OSPEK, dan yang seperti orang kebanyakan ketahui jika tidak ada OSPEK yang menyenangkan. Hal tersebut sudah pasti memperburuk keadaan. Aaarrrg, rasanya sudah tak ingin melanjutkan semua itu. Namun kembali lagi saya teringat pengorbanan orang tua yang telah banting tulang untuk membiayai pendidikan saya selama ini, dan haruskah saya membalas semua itu dengan keegoisan saya?.

Seiring berjalannya waktu, saya memaksakan diri saya untuk dapat betah di tempat tersebut, karena saya tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah berkorban sedemikian banyak untuk saya. Dan pada akhirnya, kini saya lumayan betah disini.

Salah satu alasan saya betah disini pastinya karena keberadaan teman-teman saya disini baik yang memang berasal dari satu daerah yang sama dengan saya maupun yang berbeda. Keberadaan mereka sudah layaknya keluarga di tempat rantau. Keragaman diantara kita justru membuat hubungan yang terjalin diantara kita semakin unik. Hal tersebut juga yang terkadang justru menumbuhkan tawa.

Perbedaan bahasa, kebudayaan, membuat saya mengetahui arti keragaman. Dan inilah hidup, akan terasa lebih indah jika semakin banyak warna. Saya pun bersyukur terlahir di Indonesia , hingga saya bisa mengenal berbagai keragaman yang begitu indah ini.

Alasan lainnya yang membuat saya betah disini adalah motivasi dalam diri yang muncul ketika saya melihat teman yang berasal dari daerah yang lebih jauh jaraknya dibanding dengan daerah asal saya. Jika mereka yang berasal dari daerah yang lebih jauh saja bisa, kenapa saya tidak? Mereka yang harus pulang setahun sekali saja bisa, kenapa saya yang bisa pulang setiap 2 minggu sekali tidak?.

Ya begitulah mereka dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka. Pada kenyataannya mereka lah yang selalu memberi semangat ketika yang lainnya sedang sedih ataupun sedang dalam masalah. Mereka juga yang membuat hari-hari yang kita lewati penuh dengan canda tawa.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kita selalu menjaga hubungan persahabatan yang terjadi di hidup kita. Karena saya yakin , persahabatan bukan hanya akan menumbuhkan hal-hal indah yang saya paparkan diatas namun akan selalu muncul hal-hal indah lainnya dikemudian hari yang sudah pasti membuat hidup lebih menarik untuk dijalani, ya walaupun tidak saya pungkiri juga jika tak jarang konflik muncul ditengah-tengah terjalinnya persahabatan. Namun seperti kata pepatah jika pelangi selalu akan muncul sehabis hujan. Dan begitu pula dengan hidup, sehabis mengalami konflik, pasti ada kebahagiaan yang akan muncul.

Terimakasih Tuhan telah mengirimkan sahabat seperti mereka, terimakasih sahabat, selalu ada ketika suka maupun duka. Love you so ! J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline