Lihat ke Halaman Asli

Rofika Fika

Untuk mengenali pemiliknya

Sejarah Singkat Golongan Mu'tazilah yang Menukilkan Sejarah

Diperbarui: 3 Oktober 2018   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah Singkat Golongan Mu'tazilah yang Menukilkan Sejarah

Mu'tazilah, aliran tertua yang memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran dunia Islam. Banyak yang mengenalnya sebagai aliran yang memisahkan diri muncul di Basra, Irak, pada abad 2 H. Mu'tazilah disebut sebagai aliran teologi dalam Islam yang dapat dikelompokkan sebagai kaum rasionalisis Islam. Aliran ini juga dikenal dengan golongan yang bersifat filosofis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murji'ah. 

Mereka juga banyak memakai akal dalam setiap permasalahannya sehingga mereka acapkali mendapat nama ''kaum rasionalis''. Selain itu, mu'tazilah merupakan salah satu aliran yang cukup menjadi perbincangan di banyak kalangan dan mengusik pemikir dunia. Seperti yang terjadi pada masa tersebut, banyak ulama sunni yang kurang menerimanya karena mereka berpendapat dan bersiteguh menyatakan bahwa akal yang dimiliki oleh manusia lebih baik di bandingkan tradisi.

Pada awal mulanya aliran ini menyebut dirinya sebagai Ahl al-'adl wa al-tauhid sebagaimana disebutkan oleh As-Sahrastani, namun menurut Harun Nasution, walaupun lebih senang disebut Ahl 'al-adl wa al-tauhid, mereka tidak menolak disebut Mu'tazilah. Bahkan dari ucapan-ucapan pemuka Mu'tazilah dapat disimpulkan bahwa mereka sendirilah yang menimbulkan nama itu. Al-Qadhi Abd al-Jabbar misalnya mengatakan bahwa dalam al-Quran terdapat pada kata I'tazila yang mengandung arti menjauhi yang salah atau tidak benar, dengan demikian Mu'tazilah mengandung arti pujian. Ia juga menambahkan adanya hadits nabi yang menerangkan bahwa umat akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang paling patuh dan terbaik di antaranya adalah golongan Mu'tazilah.

Menurut arti kata perkatanya kata  mu'tazilah diambil dari bahasa arab yaitu 'itazala yang aslinya i'zala yang berarti memisahkan menyingkirakan. Sedangkan secara harfiah kata mu'tazilah berasal dari i'tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri secara teknis, istilah mu'tazilah menunjukkan dua golongan. Di simpulkan pula bahwa kata Mu'tazilah mengacu pada bahasa Arab I'tazala anna yang artinya memisahkan diri. Di balik sejarah nama mereka yang luas, ternyata mereka juga menyebut dirinya sebagai Ahlul Haq, Al-Firqatun Najiyah dan Al-Munazzihuun Allah 'Anin Naqshi. Mereka menyebutkan demikian karena menganggap berada dalam kebenaran dan selainnya dalam kebatilan.

Setelah mengetahui arti kata Mu'tazilah secara bahasa dan istilah dan nama lain Mu'tazilah, ada hal yang kita perlu pelajari asal penamaan Mu'tazilah itu sendiri. Ketika membahas asal Mu'tazilah, ahli sejarah terbagi menjadi dua kaca mata yaitu kaca mata politik dan kaca mata agama.

Sejarah munculnya aliran mu'tazilah oleh para kelompok pemuja dan aliran mu'tazilah tersebut muncul dikota bashrah (Iraq) pada abad ke 2 hijriyah, tahun 105-110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Basri yang bernama Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia fasik.

Imam Hasan Al-Basri berpendapat bahwa mukmin yang berdosa besar masih berstatus mukmin. Inilah awal kemunculannya, hal ini dikarenakan perselisihan tersebut antar murid dan guru, dan akhirnya golongan Mu'tazilah pun dinisbahkan kepadanya. Sehingga kelompok Mu'tazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sekternya. Kemudian para dedengkot mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak tersebar dimasa khalifah Al-Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar diwarnai oleh manhaj ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah).

Golongan pertama (selanjutnya disebut Mu'tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Mu'awiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair. Menurut penulis, golongan inilah yang mula-mula disebut kaum Mu'tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum Mu'tazilah yang tumbuh dikemudian hari.

Golongan kedua (selanjutnya disebut Mu'tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan Murji'ah tentang pemberian status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar. Mu'tazilah II inilah yang akan dikaji. Perlu diketahui bahwa sejarah kemunculan aliran ini memiliki banyak versi.

Versi selanjutnya yang dikemukakan oleh Al-Baghdadi (w.409) menyatakan bahwa Washil dan temannya, 'Amr bin 'Ubaid bin Bab, diusir oleh Hasan Al-Basri dari majelisnya karena ada pertikaian  di antara mereka. Dari Hasan Al-Basri dan berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar itu mukmin dan tidak kafir. Oleh karena itu, golongan itu dinamakan Mu'tazilah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline