"Menurut saya empati adalah kunci dari semua nilai yang kita tunjukkan. Tanpa empati, maka semua yang kita tunjukkan hanya akting dan kepura-puraan" (Eric Zorn)
Nampaknya kita sudah tidak asing dengan kata "empati". Mungkin orang awam mengira bahwa empati dan simpati memiliki arti yang sama. Namun, setelah ditelaah kembali ternyata empati dan simpati memiliki makna berbeda. Jika simpati adalah sikap prihatin seseorang terhadap apa yang dirasakan orang lain. Sedangkan empati cenderung lebih mendalam, maksudnya adalah seseorang ikut merasakan kesedihan yang dialami orang lain serta dapat memposisikan jika dirinya berada dalam situasi tersebut.
Sedikit yang akan saya ceritakan sebelum masuk pada pembahasan kali ini adalah keponakan saya yang usianya 20 bulan. Menurut cerita sang ibu ketika ibunya sedang lelah dan sedikit mengeluarkan air mata, tiba-tiba keponakan saya berkata "Ibuk anis, napa anis? Endong ayo" yang dimaksud adalah "Ibu menangis, kenapa menangis? Gendong ayo". Dari sini dapat kita lihat mengapa si kecil dapat berkata seperti itu? Sepertinya rasa empati mulai ada pada dirinya. Ia berkata seperti itu, karena saat ia menangis sang ibu kerap melakukan hal yang sama pada si kecil. Dengan demikian si kecil mampu memposisikan dan merasakan apa yang dirasakan saat sang ibu menangis.
Berkaitan dengan contoh di atas kali ini saya akan menuliskan tentang Social Awareness atau kesadaran sosial. Social awareness merupakan rangkaian dari 5 kemampuan yang ada pada Social Emosional Learning (SEL). Dalam SEL kemampuan pertama yang harus dimiliki adalah kesadaran diri (self awareness), kemudian kontrol diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), keterampilan hubungan (relationship skill), dan yang terakhir pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making). Kemampuan tentang kesadaran sosial (social awareness) perlu dimiliki sebelum kita mampu untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan mendukung secara efektif atau disebut dengan relationship skill.
Social Awareness
Social awareness atau kesadaran diri merupakan kemampuan kita dalam memahami, mengenali, serta membaca apa yang dialami oleh orang di sekitar kita. Pemahaman ini pula yang menjadi dasar dalam bertindak dengan tepat saat berada pada situasi yang dialami. Social awareness juga dapat diartikan kemampuan untuk memahami perspektif dan berempati dengan orang lain, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda. Mengapa kemampuan ini perlu dikuasai? Karena terkadang banyak orang salah merespon atau dalam istilah bahasa Jawanya salah tompo dan salah dalam bertindak sebab salah membaca orang dan lingkungan di sekitarnya. Orang yang memiliki kesadaran sosial tinggi akan mampu membaca situasi di sekitarnya dengan tepat, ia juga menyadari tentang interaksi yang terjadi di sekitarnya. Contoh tindakan orang yang mempunyai kesadaran diri adalah sebagai berikut:
- Mampu mengambil perspektif orang lain
- Mampu mengenali kelebihan orang lain
- Mampu menunjukkan empati dan kasih sayang
- Mampu menunjukkan kepedulian terhadap perasaan orang lain
- Mampu memahami dan mengungkapkan rasa terima kasih
- Mampu mengidentifikasi norma-norma sosial yang beragam, termasuk yang tidak adil
Pahami dirimu, pahami orang dan lingkungan di sekitarmu. Dengan demikian dirimu tidak akan bertindak semena-mena
Dalam pembahasan social awareness ini terdapat beberapa poin yang penting untuk dipahami, antara lain:
- Reading Verbal and Non Verbal: sebuah kemampuan untuk membaca verbal dan non verbal dari orang lain. Membaca kalimat verbal artinya memahami apa yang tersirat di balik kata-kata yang disampaikan. Sedangkan membaca non verbal adalah memahami perasaan dari raut wajah, intonasi, ekspresi, gestur, dan bahasa tubuh atau isyarat non verbal yang disampaikan.
- Empati: empati ini berhubungan dengan kepekaan seseorang. Peka dalam arti dapat turut merasakan apa yang dirasakan orang lain tanpa terjebak dalam perasaan itu. Empati tidak hanya sekedar mampu merasakan, tetapi juga mampu menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya dari pemahaman tersebut.
- Validating Emosi: meghargai perasaan orang lain, dan hal inilah yang menjadi bagian dari kunci berempati. Sering terjadi seseorang memaksa orang lain untuk merasakan apa yang dirasakannya, ataupun sebaliknya kita menolak dan menyepelekan perasaan orang lain. Padahal setiap orang memiliki sisi keunikan dan keragaman dalam merespon sesuatu, inilah yang perlu untuk dihargai.
- Other Pattern Recognition: merupakan kemampuan tentang mengenali, menghafal serta memahami pola kebiasaan, pola sikap, dan pola responnya orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dengan ini ia menjadi tahu serta dapat memprediksi ataupun mengantisipasi respon orang-orang di sekitarnya.
Pada anak usia dini kesadaran sosial dapat diterapkan cukup mudah. Hal ini sesuai dengan sifat anak yang seperti spons, yakni mudah meniru sehingga anak-anak mudah untuk dilatih dan diarahkan. Contoh sederhana kesadaran pada anak adalah komunikasi dengan orang lain, membantu orang lain, mengucapkan terima kasih, dan berani meminta maaf jika berbuat kesalahan kepada siapapun, seperti teman sebaya, orang tua, maupun gurunya di sekolah.
Sekian dari saya semoga bermanfaat, salam hangat!