Lihat ke Halaman Asli

Rofiatul Jepara

Mahasiswa di UNISNU Jepara Santri di kota ukir

Hari Santri Nasional dan Khidmah seorang Santri

Diperbarui: 22 Oktober 2022   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam merupakan agama yang Rahmatan lil 'Alamin artinya rahmat bagi semua makhluk di alam ini. Dalam menyebarkan ajaranya, para ulama menggunakan banyak cara salah satunya adalah mendirikan pondok pesantren. Kata pesantren tentu tidak asing terdengar di negara kita Indonesia. 

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang mana di dalamnya terdapat guru mengajar yang disebut Kiyai, murid yang mencari ilmu dengan sebutan santri, serta tempat menginap untuk santri. 

Di Indonesia, peran pesantren dalam mencapai kemerdekaan sangatlah banyak. Para santri pada zaman dahulu turut berjuang dalam melawan penjajah demi mencapai kemerdekaan. Dengan bersemboyan   menjadikan semangat para santri untuk membela tanah air sebagai bentuk keimanan mereka. 

Untuk mengenang serta meneladani semangat jihad para santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. 

Penetapan Hari Santri Nasional tersebut menjadikan bahwa peran penting santri dalam menjaga negara Indonesia. Tugas mereka tidak semata-mata hanya mencari ilmu saja, namun khidmah merupakan hal yang paling diutamakan bagi mereka. 

Keberkahan ilmu serta ta'dhim pada kiyai menjadi ciri khas tersendiri bagi santri dalam menuntut ilmu. Semangat yang digelorakan para ulama dan guru-guru mereka untuk mencapai meraih serta mempertahankan kemerdekaan merupakan bentuk khidmah pada guru dan pengamalan ilmu yang susah dipelajari. 

Berbicara tentang khidmah, di pesantren biasanya seorang santri lebih mengutamakan khidmah atau mengabdi pada pengasuh pondok pesantren dimana dia mencari ilmu. Bahasa khidmah yang lebih identik dengan kata anut dalam bahasa jawa menjadikan banyak hal yang tidak bisa dicerna secara logika terjadi secara nyata. 

Salah satu contoh mengenai khidmah seorang santri, banyak santri yang di pondok selalu nderes, belajar sampai malam namun ketika pulang juga menjadi guru biasa, tapi ada juga yang di pondok jarang ikut mengaji, tapi sangat ta'dhim dan taat pada kiyai ketika sudah dirumah malah menjadi kiyai bahkan terkenal. Itulah salah satu bentuk barokah yang tidak bisa di cerna oleh akal. 

Namun dengan cerita seperti itu jangan menjadi anggapan "oh dipondok ta'dhim saja tidak perlu belajar toh yang diraih ridho dan barokah guru", hal tersebut salah besar karena pada dasarnya santri juga harus memiliki tekad, niat dan usaha yang kuat dalam meraih hal yang di cita-citakan. Menjadi seorang santri haru peka dalam berbagai hal, mulai dari kedaan penting, genting, bahkan untuk kepentingan umum. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline