Muhammadiyah tidak akan berada pada posisi liberal atau ultra liberal maupun fasisme kiri yang juga ada komunisme di sana. Muhammadiyah mendorong moderasi dalam berislam karena Indonesia memiliki kultur Islam yang tidak sama dengan Islam di Timur Tengah. Islam Indonesia lebih berkarakteristik washatiyah-tengahan, tidak ke kanan atau pun ke kiri. Dalam memperjuangkan gagasan Islam Moderat ini, Muhammadiyah mengembangkan pelbagai aktivitas yang dikenal sebagai amal usaha dalam bidang pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan belakangan pemberdayaan kaum mustadhafin.
Gagasan ini, sekalipun tidak serta merta mengatakan Kami Indonesia, Kami Pancasila dan NKRI Harga Mati, buat Muhammadiyah keindonesiaan harus terus dijaga dan tidak boleh dirobohkan oleh kelompok manapun sebab negara ini merupakan negara kesepakatan banyak elemen bangsa yang telah bersusah payah merebutnya dari kolonialisme-penjajahan.
Moderasi Islam penting menjadi perhatian sebab dalam sepuluh tahun terakhir arah keislaman dan keindonesiaan tampak oleng oleh gerakan-gerakan ekstrem. Baik ekstrem keagamaan maupun ekstrem ekonomi dan politik. Perlu menjadi perhatian banyak pihak sehingga Islam Indonesia tidak mendapatkan kesan sebagai agama yang bersifat oposan terhadap negara karena menyebarkan intoleransi bahkan kekerasan fisik.
Radikalisme agama memang terjadi dalam kehidupan, sebagaimana radikalisme lainnya di belahan bumi manapun. Fakta sosial pun tidak terbantahkan adanya gerakan kaum radikalis-ekstrimis baik di tingkat global maupun nasional dan lokal yang menimbulkan banyak persoalan dan kekerasan dalam perikehidupan umat manusia di era mutakhir. Kebijakan negara dalam urusan hubungan luar negari menjadi hal yang penting. Oleh sebab itu, ketika persoalan terorisme dan gerakan yang "menentang arah demokrasi hadir" Ini yang menyebabkan negara tidak boleh hadir berhadapan dengan gerakan-gerakan separatism dan terorisme yang mengganggu stabilitas politik secara keseluruhan.
Indonesia berkepentingan menjadi negara yang mempromosikan moderatisme dan Islam sebagai agama mayoritas tidak bertentangan dengan demokrasi, sehingga tidak tampak Islam itu berwajah buruk. Bahkan secara promosi demokrasi adalah hal yang substansial dalam era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Muhammadiyah memperkuat Moderasi IslamMemutus RadikalismeSebagai negara majemuk, Indonesia tidak menjadi negara agama, tetapi juga tidak anti agama. Bahkan, dimensi agama menjadi perhatian negara dengan cukup meyakinkan. Jika terjadi kesan adanya peminggiran terhadap umat Islam, hal ini sebenarnya lebih berhubungan dengan aktivitas politik praktis yang pada era Orde Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru meminggirkan Walaupun sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sebagai negara dengan kebiasaan dan tradisi keislaman sehingga layak disebut sebagai negara dengan masyarakat Islam.
Indonesia telah menegosiasikan nilai-nilai Islam dalam praktek pemerintahannya. Indonesia dapat menjadi contoh negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun tidak memaksakan Islam sebagai bentuk negara. Karenanya masalah radikalisme sebagaimana pada banyak masalah krusial di Indonesia mutakhir meniscayakan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh agar tidak terjebak pada kedangkalan cara pandang dan langkah yang diambil dalam mengatasinya, karena suatu masalah pada umumnya tidaklah sederhana dan terlepas dari ruang sosiologis yang mengitarinya.
Pemahaman terhadap radikalisme dan persoalan-persoalan keindonesiaan meniscayakan pendekatan dan pemikiran yang komprehensif dan mendalam, antara lain melalui berbagai pendekatan keilmuan. Dalam memahami radikalisme dalam konteks Indonesia dan keindonesiaan perlu pembacaan dan analisis yang multiperspektif serta sangat tidak memadai bila dicandra hanya dengan pandangan yang linier dan positivistik.
Moderasi IslamGagasan Moderasi Islam dikesankan sebagai gagasan politik identitas Islam di Indonesia. Sebab ada kesan pasca Bom Bali 2002 Islam Indonesia menjadi sorotan keras dunia luar. Apalagi pasca Bom Pentagon Amerika. Sekalipun Islam Moderat atau moderatisme Islam terkait dengan persoalan demokrasi liberal dan kebijakan politik luar negeri, tetap saja bahwa gagasan tentang Islam itu harus terus dikembangkan ke ruang publik sehingga pengembangan Islam sebagai identitas umat Islam Indonesia tetap tumbuh dan berkembang tidak sebagaimana terjadi pada rezim Orde Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru. Terdapat banyak perspektif tentang Islam Moderat seperti dapat kita perhatikan dari beberapa pendapat ahli.
Muhammadiyah Memperkuat Moderasi IslamMemutus RadikalismeDalam bahasa Arab, moderasi itu diterjemahkan sebagai "washatiyah", yang di dalamnya memiliki unsur keadilan, atau keseimbangan, kebajikan, dan tengahan. Dari berbagai pemahaman yang dikemukakan para akademisi dan peneliti tentang Islam dan Moderatisme kita dapat membaca secara kritikal bahwa persoalan moderasi merupakan konsep yang masih sangat "longgar untuk didiskusikan". Oleh sebab itu, tampaknya moderasi perlu benar-benar mendapatkan perhatian dari kalangan akademisi dan aktivis sosial keagamaan.