Pernah mendengar Gaya Hidup Minimalis? Lifestyle Minimalism Gaya Mark Zuckerberg, milyarder sekaligus founder Facebook, lihat saja dari penggunaan outfitnya, kaos dengan warna monokrom yang sama, tidak berganti style.
Support sistem juga sama dengan gaya istrinya, bagaimana menerapkan pola asuh anaknya tanpa gadget, kemudian mempergunakan uang dan aset yang dimiliki, hanya diambil secukupnya untuk diri di keluarga, yang lainnya untuk berbagi bahkan lebih banyak.
Gaya Hidup Minimalis menekankan "less is more" lebih sedikit itu lebih baik, terutama ketergantungan pada barang-barang yang dimiliki. Lebih tepatnya memiliki barang yang dibutuhkan saja itu lebih baik. Bukan ter-platform pada keinginan dan kemauan, tetapi benar - benar yang kita butuhkan saja. Ekstrimnya begini, banyak barang gaya hidup minimalis itu merasa banyak beban.
Hidup minimalis akan lebih membahagiakan karena mengurangi stress akan kebutuhan yang diada-adakan bukan dibutuhkan saat itu, baik menurut banyak orang, circle pertemanan, lingkungan masyarakat tempat tinggal ataupun influencer yang viral di medsos.
Mulai kita lihat dari baju penyimpanan lemari, sepatu di rak sepatu, peralatan dapur yang menumpuk di kabinet atau isi gudang yang menumpuk? Tidak cukup mau ditaruh mana lagi jika ada pembelian barang baru.
Kemudian ditanyakan pada diri sendiri, apakah memang sudah tidak pernah dipakai lagi barang tersebut? Sepatu, baju - baju ataupun peralatan yang lain? Bisa kita mulai dengan membuang barang yang tidak dipakai lagi tetapi tetap menyimpan barang yang kira - kira masih bermanfaat. Step awal Lifestyle Minimalism ini biasa disebut Decluttering.
Langkah kedua setelah seleksi barang yang dibuang dan disimpan, Gaya Hidup Minimalis terpenting adalah masalah mindset dari cara pandang kita. Mindset untuk memilih barang yang lebih berkualitas bukan jumlah, tepatnya quality more than quantity.
Langkah berikutnya, sudah pernah menerapkan belum? Prinsip mengganti bukan menambah! Masuk satu keluar satu, membeli suatu barang berarti harus mengeluarkan satu barang juga dari lemari, rak atau tempat penyimpanan.
Dengan gaya baju yang sama setiap hari, minimalis disini bukan berarti tidak punya baju, terlihat miskin dan kere, tetapi lebih ke simple, tidak perlu berpikir harus bergaya apa, pusing pakai outfit apa saat kerja untuk besok, toh yang memakai baju adalah diri kita sendiri. Merasa nyaman juga diri kita sendiri, mengapa merasa insecure dengan pendapat orang lain.
Bisa hemat uang dan jarang belanja, outcome dari gaya hidup minimalis. Simple life berarti less stress more happiness. Tidak perlu terjebak pada pengiriman paket yang dikirim lewat kurir, memperbanyak transportasi berbahan bakar minyak. Baju sendiri produksinya juga membutuhkan effort besar dari bumi untuk penyediaannya.
Jika berbahan nylon, bahan ini merupakan produk turunan dari minyak bumi yang tentunya sangat tidak ramah lingkungan. Jika berbahan katun dari kapas, lihat saja India sebagai negara terbesar produksi bahan ini, satu pohon kapas saja bisa menghabiskan bergalon - galon sumber daya air, belum masalah pestisidanya. Ditambah proses pewarnaan yang kerapkali mencemari sungai - sungai.