Manusiawi sih, kita terlibat dengan urusan dan kehidupan orang lain karena kita memang makhluk sosial yang tak bisa lepas dari keterikatan antara satu individu dengan individu lainnya. Mulai dari aktivitas sehari-hari seperti urusan pekerjaan, percintaan dan bahkan urusan pribadi dari orang-orang yang kita kenal.
Namun, bukan berarti status kita sebagai makhluk sosial yang tak bisa lepas dari keterhubungan dengan kehidupan orang lain menjadi satu landasan dasar kita turut campur dengan kehidupan mereka yang kita kenal. Karena meskipun kita sebagai makhluk sosial, tetap ada batasan dalam menjalani interaksi dengan orang -orang di sekitar kita.
Jangankan orang lain, bahkan terhadap saudara kandung sendiri kita juga punya batasan yang tak boleh dilanggar terkait dengan kehidupan pribadinya. Terlebih lagi, terhadap kehidupan orang lain yang hanya sebatas sahabat, teman, atau rekan kerja.
Nah, disinilah terkadang kita lupa bahwa kita atau mereka punya batasan-batasan yang tak boleh dilanggar terkait dengan masing-masing kehidupan yang dijalani. Hingga pada akhirnya, entah karena memang kita lupa terhadap batasan bagaimana seharusnya kita berinteraksi dengan orang lain atau memang karena kita memiliki kebiasaan untuk mencampuri urusan orang lain, buat kita sering menghakimi hidup mereka.
Bahkan bisa jadi, karena kita terlalu sibuk melihat kehidupan mereka, kita lupa untuk menghakimi diri sendiri.
Menghakimi kehidupan mereka tanpa batas, mulai dari hal sederhana bahkan sampai pada kehidupan mereka yang seharusnya menjadi urusan privat mereka sendiri dan menjadi urusan mereka dengan Tuhan mereka sendiri. Dan hal yang lebih buruk lagi, karena kita terlalu sibuk mengadali kehidupan mereka, kita cenderung sering melihat sisi buruk dari kehidupan orang lain hingga pada akhirnya kita lupa untuk menghakimi sisi buruk diri sendiri.
Hal tersebut tentu tidak baik jika terus berlanjut. Karena apa? ketika kita disibukkan dengan urusan dan kehidupan orang lain, kita akan cenderung melihat sisi buruk hidup mereka, kita akan selalu mencari-cari kesalahan kehidupan mereka, kita akan lebih senang melihat mereka menderita dibandingkan bahagia, kita akan merasakan nikmat yang luar biasa ketika mereka mengalami kendala, diam, terpaku, tak maju-maju.
Lantas kenapa hal itu bisa terjadi?
Ya, karena efek kita terlalu ingin tahu kehidupan orang lain, keinginan untuk mengadili membuat kita selalu berpikir negatif terhadap kehidupan orang lain. Hal ini membuat kita menjadi seperti yang disebutkan dalam pribahasa " semut di eropa begitu tampak nyata, sedangkan gajah di halaman rumah sendiri, bisa saja gajah liar dan mampu memporak-porandakan rumah kita, tak terlihat, bahkan bisa dianggap ilusi semata".
Jadi, mari kita hentikan untuk menghakimi kehidupan orang lain. Mulailah untuk menghakimi diri sendiri. karena hal ini sangat baik untuk membantu perkembangan dan kemajuan hidup kita ke depan, dibandingkan hanya dengan sibuk dengan menghakimi hidup orang lain.
Mari kita menghakimi setiap tindakan yang kita lakukan saja agar selalu berada pada jalur yang benar, zona yang tepat, sehingga setiap kesalahan yang kita buat, bisa segera kita perbaiki dan tak mencari kambing hitam atas kesalahan tindakan yang kita buat, baik secara sengaja atau tidak.