Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Mengintip Sisi Lain Faber-Castell

Diperbarui: 1 Agustus 2017   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Papan nama Faber-Castell di pabrik yang terletak di Kawasan Industri MM 2001 Cibitung, Bekasi, Jawa Barat

FABER-Castell merupakan produsen alat tulis terbesar dan tertua di dunia. Faber-Castell didirikan lebih dari dua abad lampau. Tepatnya, pada 1761 yang kini dikelola generasi kesembilan. Sejak saat itu, Faber-Castell berkembang jadi perusahaan penyedia peralatan sekolah dan kantor.

Termasuk, di Tanah Air yang masuk sejak 1990 dengan nama PT A.W Faber-Castell (Faber-Castell Indonesia). Saya pribadi tidak asing denga Faber-Castell. Sebab, sejak masih kanak-kanak hingga kini mayoritas rekan sebaya memiliki banyak anak, saya merupakan pengguna produknya.

Mulai dari pensil warna saat menggambar di sekolah, pensil 2B untuk ujian, sampai bolpoin yang menemani kegiatan sehari-hari saya di lapangan. Harus diakui jika di kalangan masyarakat umum termasuk saya, Faber-Castell dikenal sebagai brand premium.

Alias, harganya paling mahal ketimbang merek sejenis. Namun, seperti kata pepatah, ada harga tentu ada rupa. Alias, kita membayar apa yang memang pantas kita dapatkan.

*       *       *

PAGI itu, Selasa (11/7) matahari tampak malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Dengan mengendarai sepeda motor, saya membelah jalanan ibu kota menuju kawasan Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.

Saat itu sudah berkumpul beberapa rekan kompasianer -julukan untuk penulis Kompasiana- bersama jajaran admin. Yupz, kehadiran saya di BBJ untuk mengikuti Kompasiana Visit ke pabrik Faber-Castell Kawasan Industri MM 2001 Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.

Ini merupakan event offline Kompasiana perdana yang saya ikuti sepanjang 2017. Kali terakhir saya hadir di acara Kompasiana saat Kompasianival 2016 pada 8 Oktober lalu yang berlangsung di Gedung Smesco, Jakarta Selatan.

Itu mengapa, ketika registrasi pada 24 Juni lalu, saya menjawab alasan mengikuti Kompasiana Visit ini dengan, "Ingin mengikuti acara offline perdana Kompasiana pada 2017".

Bisa dipahami, mengingat sejak bergabung pada 2010 silam, saya kerap mengikuti acara yang diselenggarakan Kompasiana. Mulai dari Nangkring, Workshop, Blogshop, Kompasianival, hingga Visit ke berbagai pabrik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline