[caption caption="Sam Ratulangi yang diabadikan sebagai nama bandara"][/caption]
"YEEE, akhirnya kita sampai di B 2 dari 4 B di Manado," tutur rekan jurnalis online asal Jakarta membuka percakapan sambil menikmati santap durian.
"4 B atau 3 B?" rekan satunya lagi menimpali.
"Setahu saya 3 B. Bubur, Bunaken, sama Bibir," jawab salah satu rekan jurnalis media cetak ibu kota.
"Ini, kita sudah di B 2. Yaitu, jalan Boulevard yang terkenal di Manado," rekan yang pertama memberi penjelasan.
"Ooh... Ada 4 B toh. Kirain 3 B aja," celetuk saya yang diamini beberapa rekan lainnya.
"Ada 4 B bro. Bahkan 6 B dengan dua tambahan bambu dan biapong. Coba aja tanya sama mbak Ligia dan pak Frans. Mereka kan asli sini," kawan tersebut melanjutkan.
Demikian perbincangan kami mengenai ciri khas dari kota Manado pada Selasa (2/2). Itu terjadi saat saya mengikuti rombongan Indosat Ooredoo yang berjumlah sekitar 30 orang seusai perkenalan produk Dompetku Nusantara.
Dari kalangan blogger ada empat yang diwakili saya, Ani Berta, Aditya Prawira, dan Indra Hutapea. Sementara, yang lainnya redaktur ekonomi dan gadget dari berbagai media cetak dan online seluruh Indonesia. Saat itu, kami tengah menikmati semilirnya angin malam di pesisir Manado sambil ditemani setumpuk raja buah.
Tepatnya, di Jalan Piere Tandean yang lebih dikenal sebagai Jalan Boulevard. Menurut Ligia yang jadi pemandu kami dan juga Frans (sopir bus), tempat yang saya singgahi dua pekan lalu itu merupakan kawasan dengan reklamasi pantai terpanjang di Indonesia.
"Iya mas, tempat ini dulunya laut yang ditimbun dan sekarang ramai ditempati masyarakat. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di website resminya di www.manadokota.go.id," kata Ligia kepada saya.