Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Jokowi, Sang Gubernur Gaul

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1367628133658700268

[caption id="attachment_241439" align="aligncenter" width="522" caption="Jokowi dan bas kiriman Metallica (Kompas.com/Indra Akuntono)"][/caption] Menurut Anda, apa yang paling dikenal dari Gubernur DKI Jakarta saat ini, Joko Widodo? Mantan Walikota Solo, blusukan, Kartu Jakarta Sehat (KJS), juragan mebel, atau, penerima penghargaan Bintang Jasa dari Pemerintah? Sudah cukup? Tentu saja belum. Setidaknya, itu menurut pendapat saya sebagai salah satu warga ibu kota. Jika boleh, saya ingin menambahkan sosok yang akrab disapa Jokowi itu sebagai gubernur gaul. Jika almarhum Uje (Jefry Al Buchory) disebut sebagai "Ustaz Gaul", karena karena kepiawainnya menyebarkan dakwah hingga mampu membuat orang yang jauh dari agama pun terpikat, begitu juga dengan Jokowi.

*       *       *

Ya, mungkin di Indonesia ini, Jokowi merupakan satu-satunya Gubernur "paling gaul". Sosok kelahiran Solo 21 Juni 1961 ini, mampu jadi teladan masyarakat tanpa sekat. Itu berdasarkan rekam jejak Jokowi sejak menjadi Walikota Solo, hingga setelah memenangi pemilihan gubernur (pilgub) Jakarta, 20 September 2012. Terus terang saja, saya pribadi biasanya antipati terhadap tokoh pemerintahan. Terutama yang berkecimpung di dunia birokrasi akibat sering mendengar berita negatif yang justru menyulitkan rakyatnya sendiri, mulai dari lingkup bawah hingga  wakil rakyat di Gedung Kura-kura (anggota DPR). Kalau bisa, saya akan menjuluki mereka sebagai Pemberi Harapan Palsu, atau bahasa gaulnya PHP. Itu merujuk pada Janji-janji Surga (JJS) sewaktu kampanye. Hanya, setelah menduduki jabatan malah memberi "angin neraka" kepada yang memilih. Namun, kesan negatif itu sirna setelah mengetahui kinerja duet pemimpin Jakarta saat ini, Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Jujur, saya sangat mengagumi mereka sebagai "duet mini" yang mengingatkan pada kepemimpinan Soekarno-Hatta. Sudah banyak keberhasilan yang dilakukan Jokowi dan Ahok selama lebih dari 100 hari memimpin Jakarta, mulai dari KJS, kenaikan upah buruh, hingga relokasi warga. Alhasil, saking banyaknya kinerja positif dari mereka, tentu tidak bisa dijabarkan semua melalui tulisan ini. Itu membuat saya antusias untuk mengetahui berita keduanya di berbagai media, baik cetak, televisi, apalagi online, yang hampir setiap hari tidak pernah dilewatkan. Khusus Jokowi, saya semakin kagum dengan sosok yang sangat bersahaja ini. Bagi saya, beliau benar-benar sosok "Pemimpin dan Pimpinan" yang patut diteladani semua lapisan masyarakat. Sebab, selain aktif menyapa warga Jakarta setiap harinya, beliau juga akrab dengan kalangan pemuda dan remaja. Tidak hanya itu, Jokowi juga mampu merangkul berbagai kalangan dari dunia musik, film, dan olahraga. Padahal, sebelumnya jarang ada kalangan pemerintah yang betul-betul memperhatikan ketiga elemen tersebut, bahkan terkesan jaga jarak. Teranyar, Jokowi dengan gaya "slengean" memamerkan alat musik bass pemberian band metal raksasa asal Amerika Serikat, Metallica. Bahkan, 15 Desember lalu, lulusan fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada ini menyaksikan konser Guns N' Roses (GNR). Meski statusnya sebagai "Orang Nomor Satu" di Jakarta, Jokowi tidak sungkan berjingkrak-jingkra dan berbaur dengan ribuan penonton lainnya. Itu membuktikan dirinya sebagai sosok yang bersahaja dan tidak memandang strata atau pangkat, karena sama-sama penggemar musik rock. Meski sempat dikritik akibat aksinya itu  yang konon "menjatuhkan" kredibilitasnya sebagai Gubernur Jakarta, alias ibu kota Indonesia. Tapi, menurut saya wajar bila Jokowi berdesak-desakan menyaksikan konser tersebut, karena beliau memang dikenal sebagai pencinta musik, baik rock, metal, pop, hingga dangdut. Apalagi, sebagai manusia biasa, Jokowi berhak melakukan kegiatan yang disukainya asal tidak melanggar hukum, dan norma di mata masyarakat.

*       *       *

Kenyataan tersebut yang membuat saya mengaguminya, kendati dalam tulisan ini tidak bermaksud untuk memuji Jokowi setinggi langit. Sebab, sebagai Kompasianer, saya menyesal sudah tiga kali gagal melihatnya langsung. Itu terjadi saat konser GNR 15 Desember 2012, Kompasiana Modis 31 Januari 2013, dan yang terbaru pada acara Asean Blogger 20 April lalu. Yang paling menyesal tentu pada acara Modis, karena sudah jauh-jauh hari mendaftar, malah tidak bisa hadir karena ada kegiatan mendadak yang sayangnya tidak bisa ditinggalkan. Sementara, untuk acara Asean Blogger, mungkin saya yang apes. Sebab sudah antusias berpeluh-ria menembus kemacetan dari kawasan Karang Tengah, Jakarta Selatan menuju gedung Pusdiklat Kementrian Luar Negeri, di Senayan. Eh, sesampainya di lokasi malah Jokowi tidak jadi hadir. Ke depannya, saya berharap bisa bertemu langsung sekaligus mewawancarai "Gubernur Gaul" tersebut. Tentu, bila sudah kesampaian, yang saya lakukan tidak hanya sekadar memuji bahkan memuja, melainkan menyampaikan aspirasi langsung dari warganya kepada Jokowi.

*       *       *

Referensi: - Jokowi Widodo (Jakarta.go.id) - Belum Ada Amplifier, Jokowi Belum Bisa Mainkan Bass Metalllica (Ahok.org) - Jokowi: Mungkin Oktober Metallica ke Jakarta (Kompas.com) - Madrid vs Dortmund, Jokowi dukung Madrid (Antaranews.com) - Tanda Kehormatan Bintang Jasa Republik Indonesia (Setneg.go.id) - @gunsnroses

*       *       *

- Jakarta, 4 Mei 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline