Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Resensi Buku Thamrin Dahlan: Celoteh Kompasianer TeDe

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1377717275302987358

[caption id="attachment_262092" align="aligncenter" width="295" caption="Sampul Celoteh Kompasianer TeDe (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption] "Menulis sangat ampuh untuk menghilangkan kesepian dan mengulur datangnya kepikunan." Sepenggal kalimat tersebut terdapat dalam buku Celoteh Kompasianer TeDe. Buku setebal 285 halaman karya Kompasianer Thamrin Dahlan itu sungguh menarik disimak. Selain isinya yang mudah dimengerti karena memakai gaya bahasa sehari-hari. Juga karena keberaniannya dalam menulis yang berkaitan dengan tema politik atau sosial dari sudut pandang pribadinya. Di Indonesia ini orang jujur banyak. Tapi, orang yang berani mengungkapkan kata hatinya, atau kritik melalui tulisan, bisa dihitung dengan jari. Jujur kalau hanya dipendam dalam hati, toh percuma. Apalagi jika menyangkut pemerintahan yang memang sewajarnya harus dikritisi. Tentu, dengan semangat membangun dan memberi solusi serta tidak asal teriak layaknya politikus lainnya. Itu yang bisa saya simpulkan usai membaca Celoteh Kompasianer TeDe. Buku kelima dari sosok kelahiran Jambi, 7 Juli 1952 ini terasa renyah. Sebab, selain isinya berceloteh, atau tepatnya bercerita mengenai pengalamannya sehari-hari yang juga dituangkan melalui tulisan di Kompasiana. Pak TeDe -panggilan akrab  beliau- pun tetap memasukkan unsur humor, percakapan, dan puisi. Namun, tetap gayanya yang khas. Contohnya pada artikel berjudul "Sumpah Jabatan Berbuah Sumpah Serapah". Isi dari tulisan yang terdapat di halaman 19 itu berkisah tentang anomali seseorang ketika sebelum menjabat dan setelah memegang kekuasaan. Ironis, karena itu banyak terjadi di lingkup pemerintahan. Lalu, artikel berjudul "SBY, Presiden Dulu Baru Jadi Penyanyi, Bang Rhoma Sebaliknya" sungguh menggelitik dan terasa satir bagi yang membacanya dengan penuh penghayatan. Menariknya, sebagai purnawirawan dengan pangkat terakhir Komisaris Besar (Kombes). Pak TeDe pun tak segan mengkritisi Polri. Itu terungkap dalam artikel berjudul "Selamat Ultah Polisi(Ku)" yang menyebut polisi harus tahan godaan dalam bertugas. Apalagi mengingat gaji seorang polisi hanya "tujuh koma", alias bukan tujuh juta per bulan. Melainkan gajian bulan ini hanya cukup dalam waktu tujuh hari selanjutnya.

*     *     *

Buku yang terbagi tiga kategori, Politik Tanpa Prinsip, Jokowi Effect, dan Rakyat Indonesia Di Sini, secara keseluruhan berjumlah 97 artikel. Hebatnya, itu semua murni hasil tulisan Pak TeDe yang dirangkum sebagian dari 1.000 postingan di Kompasiana sejak 19 Agustus 2010. Memang sih, dalam rentang waktu yang sama, banyak orang yang bisa menulis lebih dari 1.000-5.000 postingan. Tapi, mengingat usia Pak TeDe sudah menginjak 61 tahun, dengan aktivitas yang padat. 1.000 postingan merupakan hal yang sangat luar biasa. Terutama karena beliau juga rutin mengajar di dua perguruan tinggi ternama di Jakarta dan akademi keperawatan Polri. Suatu jerih payah berujung pada hasil yang sangat memuaskan dan memang layak dijadikan buku. Itu pula yang membuat buku tersebut mendapat apresiasi dari salah satu tokoh politik terkemuka di negeri ini. "Kegiatan rutin saya kan hanya dari pagi sampai sore. Nah, malam harinya atau libur, saya biasanya meluangkan waktu untuk menulis dan menyapa sahabat di dunia maya," kata Pak TeDe kepada saya saat berkunjung ke kediamannya pekan lalu. Dalam kesempatan itu, Direktur Pasca Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) ini tampak antusias dalam menuangkan gagasan, aspirasi, kritik, dan pendapat melalui tulisan. Apa yang sudah dilakukan Pak TeDe dalam menulis dan membukukan setiap karya yang telah dibuatnya. Tentu, menjadi motivasi tersendiri bagi kaum muda, termasuk saya pribadi.

*     *     *

Judul: Celoteh Kompasianer TeDe Penulis: Thamrin Dahlan Penerbit: Leutika Prio Tahun Terbit: Juni 2013 Jumlah Halaman: 285 ISBN: 978-602-225-694-6

*     *     *

Resensi Buku Kompasianer Lainnya: - Macaroon Love (Winda Krisnadefa)15 November (Anazkia)Citizen Journalism (Pepih Nugraha)Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit (Christie Damayanti)Karma: Cepat Datangnya (Arimbi Bimoseno)Bukan Orang Terkenal 1 (Thamrin Dahlan)66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog (Suka Ngeblog)Kompilasi Kompasianer (1) Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter 1 (Posma Siahaan)

*     *     *

- Jakarta, 29 Agustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline