Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Dampak Negatif Internet dalam Keseharian Siswa SD

Diperbarui: 7 Desember 2015   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1385923905593061296

[caption id="attachment_281440" align="aligncenter" width="491" caption="Suasana diskusi IDKita Kompasiana di SD Ar-Rahman, Senin (25/11)."][/caption]

 

"Kak, saya baru sekali ketemuan langsung sama kenalan di Facebook. Entar ditulisnya cukup satu aja kan?" "Kak, akun Fb saya di-hack teman gara-gara ga mau kasih chips poker. Terus gimana." "Kak, saya di rumah cuma main game smack down. Jawabannya satu aja ga apa-apa kan?"

Itu tiga dari beberapa pertanyaan yang sering saya dengar dari sebagian pelajar yang mengisi angket saat mengikuti acara IDKita Kompasiana bekerja sama dengan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di SD Ar-Rahman Motik, Jakarta, Senin (25/11) lalu bersama dua Kompasianer, Tovano Valentino dan Chia Varisha yang didukung salah satu provider ternama di Indonesia, Indosat.

Sebenarnya, pertanyaan itu sepele, karena terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, menjadi tidak sepele jika mengingat yang menanyakan adalah anak-anak yang masih berusia 9-11 tahun. Ya, sisi lain dari teknologi yang negatif telah merambah kepada mereka yang saat ini masih sekolah dasar kelas 5 dan 6 tersebut. Khususnya mengenai game online dan jejaring sosial yang seharusnya belum layak dilakukan.

Sebelumnya, Kompasianer Deasy Maria sempat menyinggung tentang sebagian besar siswa yang terbiasa melihat konten porno di internet. Tidak dapat dimungkiri, bahwa konten porno, game yang mengandung kekerasan, atau jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bisa berdampak negatif bagi pelajar yang masih belia. Itu diungkapkan Kepala Sekolah SD Ar-Rahman Motik, Yuma Yahya, yang mengakui beberapa sisi negatif penggunaan internet juga merambah pada sebagian besar siswanya.

"Kami di sini berusaha untuk membentengi mereka dengan melakukan edukasi mengenai dampak negatif dari jejaring sosial, game online, dan sebagainya. Tapi, kemampuan tenaga pendidik di sini terbatas, mengingat waktu anak di sekolah paling lama enam jam. Sementara, sisanya lagi mereka di rumah yang tentunya menjadi peran dari Orangtua masing-masing. Untuk itu, kami sangat senang, jika ada program IDKita-Kompasiana seperti ini," ujar Yahya, pekan lalu.

*      *      *

Apa yang diungkapkannya itu beralasan. Sebab, di sekolah memang, anak-anak menjadi tanggungan para guru. Namun, jika di rumah, itu sudah menjadi tanggungan dari Orangtua atau keluarga masing-masing. Meski, pihak sekolah tentu tidak menutup mata terhadap perkembangan internet yang memengaruhi anak-anak tersebut.

Saya sendiri awalnya heran dengan penuturan beberapa siswa-siswi tersebut yang ternyata sudah akrab dengan perilaku negatif di internet. Beruntung, dalam diskusi  pekan lalu itu, Valentino yang sehari-harinya dosen sekaligus bergelut di bidang teknologi dan Chia sebagai pegiat media, dengan lancar menerangkan dampak positif dan negatif dari internet serta memberi solusinya kepada puluhan siswa SD Ar-Rahman. Termasuk mengenai cyberbullying atau kekerasan di dunia maya terhadap mereka.

Meski dalam diskusi tersebut, Valentino dan Chia sempat kaget dengan tingkah-laku anak yang bertindak semau-gue. Pasalnya, ketika kedua penggawa yang aktif di IDKita-Kompasiana itu sedang memberikan penjelasan. Eh, beberapa siswa malah ada yang mengobrol, tiduran, bernyanyi, sampai main kapal-kapalan terbang dari kertas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline