[caption id="attachment_204824" align="aligncenter" width="472" caption="Guns N Roses formasi awal (gunsnroses.com)"][/caption] Pertengahan dekade 1990-an, saat booming musik seattle sound (Grunge), hampir setiap orang mengidolai gaya hidup Kurt Cobain, sang pentolan Nirvana. Waktu, itu hanya segelintir anak muda. termasuk saya yang menyukai aksi panggung Axl Rose, serta lirik nge-hit dari Guns N' Roses. Memasuki awal milenium baru, band bergenre hip metal mulai menyeruak di kalangan pelajar sekolah putih - biru (SMP). Saat itu, Rage Again The Machines, KoRn, Limp Bizkit, hingga puncaknya Linkin Park, membius semua kalangan. Beruntung, sayatan menawan dari Slash dan lengkingan dahsyat Axl, mampu membendung kelatahan saya untuk tidak ikut terpengaruh memakai topi baseball terbalik ala vokalis Limp Bizkit, Fred Durst. Ketika musik berat kembali menyerbu di pertengahan dekade 2000-an, dengan band unik seperti Muse, Greenday dan Audioslave. Bagi kalangan celana abu-abu, menyeruaknya band tersebut jelas menjadikan penyegaran untuk mengisi stagnanisasi bermusik. Saya sendiri tetap menikmati alunan santai tapi menghentak ala Paradise City dan November Rain. Ya, bagi saya, musik yang benar-benar rock adalah yang dibawakan oleh GNR -sebutan penggemar Guns N' Roses- baik mendengarnya lewat kaset, cd, maupun vcd. Kendati saat itu harus susah payah membuka kamus untuk menerjemahkan bait demi bait dari lirik yang berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia, tapi tidak menyurutkan saya pada band yang dibentuk tahun 1985 tersebut. Hanya GNR yang mampu membuat saya mengalihkan minat saat belajar bermain gitar, dari menyenandungkan lagu Mata Indah Bola Pingpong Iwan Fals, berganti lirik Don't Cry. Begitu juga saat memainkan lantunan puitis ala Slank, Terlalu Manis, menjadi November Rain, yang panjang dan penuh pengkhayatan. Dulu, Sweet Child O' Mine, yang saya bawakan saat pentas seni (pensi) tidak kalah meriah dibanding Smells Like Teens Spirit nya Nirvana atau Jeremy dari Pearl Jam. Bahkan, Welcome to the Jungle, lebih berkarakter dibanding Strawberry Fields (The Beatles), maupun Bohemian Rhapsody (Queen). Saat itu, pesona yang dimiliki Axl dan GNR hampir setara dengan liukan serta tendangan bebas khas Alessandro Del Piero...
* * *
"Do you know where we'll be on 12/15/12? We'll be in Jakarta BABY!" Betapa kagetnya usai pulang kerja, saya melihat tweet yang terpampang di akun resmi GNR, @gunsnroses. Setelah dua dekade mengarungi blantika musik dunia, akhirnya band asal Los Angeles itu turut menyambangi Indonesia pada 15 Desember mendatang. Dalam situs resmi dari band yang melejit lewat album Appetite for Destruction itu, ternyata akan mengadakan konser di lapangan D Senayan, Jakarta! Tentu saja berita ini membuat semangat penggemar musik cadas di Indonesia, yang sudah jenuh akan aksi panggung lipsync dari boy dan girls band tidak jelas, serta genre musik K-Pop yang sungguh teramat membosankan. Bahkan, orang nomor satu di Jakarta, Gubernur Joko Widodo, tampak antusias untuk menghadiri pertunjukkan akbar dari band rock legendaris dunia. "Biasanya kalau nonton konser rock ya berdiri dong, masak nonton rock sambil duduk," ucap mantan walikota Solo, yang akrab disapa Jokowi tersebut. Sosok sederhana penyuka musik metal itu, tentu tidak ingin meninggalkan kesempatan untuk berbaur dengan kalangan muda, dua bulan mendatang. Hanya, harga tiket yang lumayan mahal, bahkan sangat mahal bagi kalangan remaja, tentu menjadi penghalang. Menurut info resmi, untuk berdiri di kelas festival B, penonton harus merogoh kocek sebesar Rp 700 ribu. Belum lagi jika bicara kelas Festival A (Rp 1,1 juta) dan VIP (Rp 2 juta), yang menjadikan konser perdana GNR di kawasan Asia Tenggara itu, tidak bisa dinikmati seluruh penggemarnya, kecuali yang benar-benar tajir atau mencoba menyisihkan dana dari sekarang. Apalagi, sambutan yang kurang meriah dari penggemar GNR itu sendiri. Karena, saat konser nanti, hanya Axl saja yang merupakan anggota awal dari band yang dulunya gabungan nama L.A. Guns dan Hollywood Rose. Tidak ada nama-nama tenar seperti Slash, Izzy Stradlin, Duff Mc Kagan, Matt Sorum, serta Steven Adler. Kini, formasi baru GNR hanya menyisakan Axl dengan "pengikutnya", Dizzy Reed, Tommy Stinson, Chris Ptiman, Richard Fortus, Ron Thal dan Frank Ferrer. Namun, bagi penikmat musik rock, terutama penggemar GNR, pastinya tidak mempermasalahkan formasi tersebut. Selama ada Axl, toh apapun personilnya, nama band yang diusungnya tetap Guns N' Roses. Tinggal penggemar itu sendiri yang memutuskan, apakah ingin menyaksikan langsung dari dekat aksi impresif Axl dan GNR. Atau harus melewatkan kesempatan yang belum tentu terjadi, dalam lima atau 10 tahun kedepan mereka akan kembali lagi ke Indonesia...
* * *
[caption id="attachment_204825" align="aligncenter" width="460" caption="Duet legendaris Axl - Slash (guardian.co.uk)"]
[/caption]
* * *
[caption id="attachment_204826" align="aligncenter" width="462" caption="Axl dengan formasi GNR terbaru, 2011 (loudwire.com)"]
[/caption]
* * *
Referensi: - 25 Years in Rock (Haiklip 2002) - Guns N' Roses (Haiklip 1993) - Rock in Rio (Haiklip 2001) - A to Z Metal (Haiklip 2007) - Slash ke Indonesia (Rolling Stone 2010)
* * *
Jakarta, 19 Oktober 2012