[caption id="attachment_185686" align="aligncenter" width="614" caption="Jembatan Akar, ikon legendaris Sumatera Barat (dok. pribadi)"][/caption] Sumatera Barat, provinsi yang identik dengan empat kata berakhiran "ang" : Padang, Minang, Jam Gadang dan Rendang, ini sedari dulu merupakan kawasan yang sangat mempesona. Kata Padang, merujuk nama Ibu kota dari provinsi asal lagu Ayam Den Lapeh, sedang kata Minang adalah singkatan dari Minangkabau yang merupakan suku asli sekaligus mayoritas di Sumatera Barat. Sebuah menara setinggi 26 meter yang terdapat jam berukuran raksasa, layaknya Big Ben di London, merupakan ciri khas dari Jam Gadang, di kota Bukittinggi. Sementara itu, Rendang yang merupakan masakan khas penduduk asal Sumatera Barat, sejak setahun terakhir ini menjadi ramai dibicarakan oleh semua orang di luar negeri. Penyebabnya adalah sebuah survei terpercaya yang menyebabkan Rendang adalah masakan paling populer sejagat, mengalahkan segala jenis masakan di muka bumi ini, termasuk dari Thailand, Jepang, Italia, bahkan China dan Prancis. Namun, selain empat kata populer dari Sumatera Barat, masih banyak lagi tempat, masakan, maupun kebudayaan dari daerah asal rumah Gadang ini. Untuk menyebut tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi di Sumatera Barat, sangatlah banyak, mulai dari ujung utara di kabupaten Pasaman hingga ujung selatan di kabupaten Pesisir Selatan. Sejak tinggal di ranah Minang dari selama beberapa tahun, saya sempat beberapa kali menyusuri tempat-tempat menarik dari tahun 2007-2009 lalu. Sayangnya, berhubung lokasi kerja berada di kawasan selatan Sumatera Barat, hingga saya tidak pernah mengunjungi beberapa tempat menarik di kawasan utara, seperti Jam Gadang, Lembah Arau, Danau Maninjau, Kelok Empat-empat, Ngarai Sianok hingga pusat adat Pagaruyung. Kendati di utara kota Padang lebih populer, bukan berarti di kawasan selatan menjadi kurang terkenal, karena justru lebih banyak tempat yang indah berada di kawasan selatan Sumatera Barat, tepatnya jika merujuk kota Padang sebagai tempat yang berada di tengah-tengah provinsi tersebut. Hanya saja, karena jarak dari bandara Internasional Minang, terlalu jauh dan juga akses yang rumit, disebabkan banyak jalanan berliku lagi sempit dan terjal, membuat kawasan di pesisir selatan itu menjadi seperti kurang terjamah. Beberapa tempat wisata yang pernah saya sambangi dimulai dari titik 0 km (nol kilometer), yaitu Museum Adityawarman, lalu ke arah barat di kawasan pantai Air Manis yang terdapat monumen prasasti terkenal: Batu Malin Kundang serta di seberangnya ada dua pulau kecil, yang diberi nama oleh penduduk setempat sebagai Pulau Pisang. Di balik kedua tempat tersebut, yaitu bukit Gado-gado, berada suatu pelabuhan yang tersohor sedari dahulu dan juga banyak dijadikan judul lagu, yakni Pelabuhan Teluk Bayur. Sekitar 45 km ke arah selatan, terdapat sebuah jembatan paling fenomenal di dunia, yaitu Jembatan Akar. Sementara itu, hanya terpaut lima km dari kawasan yang sama, ada sebuah air terjun Bayang Sani yang mempunyai tiga tingkat hingga setinggi 80 meter. Di kota Painan, yang merupakan ibu kota dari kabupaten Pesisir Selatan, mempunyai objek wisata yang tidak kalah indah dan mengagumkan. Pulau Carocok, Jembatan Cinta, Air terjun Timbulun serta Bukit Lengkisau yang dapat melihat pemandangan seluruh kota. Dengan berbekal sebuah ponsel berkamera yang saat ini telah jadul, namun tetap ciamik untuk mengambil beberapa gambar beresolusi menengah, membuat saya mempunyai arsip untuk bernostalgia menikmati keindahan alam di Sumatera Barat.
* * *
[caption id="attachment_185687" align="aligncenter" width="608" caption="Teluk Bayur, dengan latar kota Padang"]
[/caption] Teluk Bayur, pelabuhan yang telah ada sejak akhir abad ke 19 ini, hingga sekarang masih terlihat eksotis bila dipandang dari kejauhan. Disela-sela memberi makan monyet di kawasan Bukit Lampu, pemandangan Teluk Bayur tetap memikat mata, dengan berseliwernya banyak kapal kecil dan besar yang tiada hentinya pergi dan singgah di salah satu pelabuhan tertua di Indonesia tersebut.
* * *
[caption id="attachment_185688" align="aligncenter" width="614" caption="Museum Adityawarman"]
[/caption] Museum Adityawarman, sebuah museum yang asal namanya adalah sebuah raja bernama Adityawarman, dimana masih keturunan dari kerajaan Majapahit. Nama Adityawarman adalah gelar untuk menghormati adanya hubungan baik dari tanah Jawa di Sumatera. Museum ini sempat mengalami sedikit kerusakan saat gempa meluluhlantakan kota Padang pada 30 September lalu. Beruntung, tidak lama kemudian telah direnovasi dan dilakukan pemugaran untuk mempercantik bangunan di jantung kota Padang.
* * *
[caption id="attachment_185690" align="aligncenter" width="614" caption="Batu Malin Kundang"]
[/caption] Batu bersujud! Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tentang seorang anak yang dikutuk oleh sang Ibu, karena durhaka kepada orang tua. Namun keberadaan batu Malin Kundang beserta beberapa pecahan dan tali-temali dari kapal yang konon terdampar di pantai Air Manis, akibat terkena gelombang pasang ini, masih terlihat nyata. Meskipun kawasan ini kotor dan banyak sampah, tapi pantai Air Manis dengan batu Malin Kundang, merupakan daya tarik untuk dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.
* * *
[caption id="attachment_185689" align="aligncenter" width="614" caption="Pulau Pisang"]
[/caption] Tepat diseberang prasasti batu Malin Kundang, terdapat dua pulau kecil yang bernama Pulau Pisang Ketek dan Pulau Pisang Gadang. Untuk menuju Pulau Pisang Ketek (kecil) jika laut surut, pengunjung cukup berjalan saja menyusuri air laut. Namun, bila sedang pasang, terdapat beberapa perahu yang akan mengantarkan hingga ke seberang dan juga Pulau Pisang besar. Menurut beberapa orang yang pernah mengunjunginya, pulaunya unik, selain kecil juga terdapat hamparan pasir yang indah di sekelilingnya.
* * *
[caption id="attachment_185691" align="aligncenter" width="614" caption="Air terjun Bayang Sani"]
[/caption] Air terjun Bayang Sani, salah satu kawasan wisata paling menarik di kawasan Pesisir Selatan adalah air terjun bertingkat tiga yang mencapai ketinggian 80 meter. Hanya saja, jarang diperbolehkan bagi pengunjung untuk mendakinya hingga ke puncak teratas karena curam dan berbahaya. Biasanya pengunjung cukup puas dengan kondisi di puncak pertama yang lumayan terjal, namun begitu indah dengan air yang mengalir ke tepian sungai.