"Aku, sama sekali tidak menikmati gemerlap di balik panggung. Ketika penonton mulai berteriak histeris saat memuja idolanya. Aku iri dengan Freddie Mercury,Yang sanggup menyukai pemujaan dari penonton..." - Kurt Cobain, 5 April 1994 (Heavier Than Heaven) [caption id="attachment_181287" align="aligncenter" width="461" caption="Cover Heavier Than Heaven 2005 (dok. pribadi)"][/caption] Sebuah penggalan kalimat dari isi surat Kurt Cobain, yang tertuang dalam buku biografi "Heavier Than Heavean" di hari terakhirnya di pertengahan tahun 1994 silam. Musisi bernama lengkap Kurt Donald Cobain, kelahiran 20 Februari 1967 dan tewas -diperkirakan- 5 April 1974. Tidak hanya dikenal sebagai sosok kontroversial, dan pendobrak aliran musik saat itu, melainkan juga membuat sebuah genre baru dalam kehidupan remaja di dunia. Celana jeans belel, sepatu kets butut, rambut gondrong awut-awutan, baju dekil dan wajah lusuh namun penuh kreatifitas ala seniman. Itulah ciri khas dari lahirnya genre musik Seattle Sound yang kerap disebutGrunge. Tak dapat dipungkiri, meski era kejayaannya tergolong singkat, dari tahun 1987 album debut Bleach hingga kematiannya tujuh tahun kemudian. Saat itu muncul sebuah kata mutiara di kalangan musisi, bahwa Kurt telah mati, tapi Grunge -yang menjadi gaya hidup- tetap bertahan, minimal sampai kini. Seperti ucapannya yang sangat melegenda dari isi surat, "It’s Better to burn out than to fade away". Ya, Kurt lebih memilih tidak sama sekali, dari pada meredup perlahan hingga mati dengan sendirinya. Kurt, tepatnya Nirvana lebih memilih seperti The Beatles atau Queen, band mereka bubar tanpa adanya pernyataan bubar, karena ditinggal sangfrontman. Daripada Guns N' Roses, Metallica, Rage Against The Machine, bahkan Creed yang disebut sebagai era baru Grunge di akhir dekade 2000an. Mereka telah perlahan meredup karir bermusiknya, hingga tidak terdengar sama sekali. Guns N' Roses terlalu lama berkonflik antar personel akibat keegoisan Axl Rose hingga menyebabkan perpecahan. Metallica, zaman musik metal yang terkenal dengan salam tiga jari dan suara ngak-ngik-nguk, dianggap stagnan alias tiada perubahan sejak era Black Sabbath dan Led Zeppelin hingga anak cucu mereka, Linkin Park. Sementara Rage Against The Machine (RATM) dan Creed, seperti biasa, tergerus oleh sang waktu karena masalah internal hingga pembubaran personel.
* * *
Buku Heavier Than Heaven, bukan hanya sekadar menuliskan kisah ulang pertarungan genre musik atau personil pribadinya. Melainkan juga sisi lain dari Kurt di panggung, luar rumah, hingga panti rehabilitasi dan detik-detik menjelang bunuh dirinya. Biografi setebal 548 halaman ini (versi bahasa Indonesia), terlepas dari kontroversi wawancara yang dilakukan sang penulis, Charles R. Cross terhadap narasumber orang-orang terdekat Kurt. Yang kerap diberitakan sebagai tulisan asal-asalan, namun tetap dinilai sebagai kisah nyata dari riwayat sang musisi kord tiga jari. Wawancara Charles kepada 400 orang terdekat dan yang mengetahui hari terakhir Kurt, dilakukannya selama empat tahun dengan marathon. Courtney Love yang merupakan sang istri, Tracy Marander mantan pacar Kurt, Kirst Novoselic dan Dave Grohl personel Nirvana, Susan Silver manajer di Geffen Record, dan ratusan nama lagi termasuk bukti forensik dari laporan kepolisian di tempat kejadian perkara. Secara keseluruhan, Charles melukiskan kisah Kurt dengan sangat detail, seperti "I hate my self and I want to die" yang mengisahkan kegalauan sang rocker dalam menghadapi kenyataan hidupnya yang melonjak drastis. Dalam buku, diceritakan dengan gamblang tanpa tedeng aling-aling, yang mungkin untuk sebagian orang terutama remaja yang membacanya mengernyitkan dahi. Termasuk saat Kurt bercinta di sebuah hotel dengan Courtney Love dan ketika mulutnya berbusa usai menyuntikkan heroin yang beberapa kali hampir membunuhnya. Memang jarum suntik dan sebagainya tidak berhasil membunuh dirinya, karena ditemukan ia tewas dengan kepala remuk akibat menembakkan sendiri senapan ke kepalanya. Tetapi, narkoba yang membuat imajinasi hiperbolanya menjadi melayang dan tidak kuat menahan beban berat seorang rocker. Kurt iri dengan Freddie Mercury, vokalis Queen yang mengidap Aids tapi sangat menikmati peran sebagai frontman band saat manggung. Namun, itu adalah fakta yang tak terbantahkan. Riwayat hidup penyuka kartun Hello Kitty ini bukan hanya soal musik, panggung, glamor, atau pun kematiannya sendiri. Tanpa narkoba, mungkin Kurt akan menjalani hidup "normal" sebagaiaman Axl Rose, James Hetfield atau rocker lainnya. Tetapi, ia telah memilih jalan yang dianggapnya benar walau kenyataannya salah. Setidaknya, buku biografi yang saya dapat sejak tahun 2005 ini telah menunjukkan secara tidak langsung, bahwa penggunaan Narkoba tidak hanya menjerumuskan diri sendiri, melainkan dapat membunuh dirinya akibat halusinasi berkepanjangan... Judul : Heavier Than Heaven Penulis : Charles R. Cross Penerbit : Alinea Tahun Terbit : November 2005 (Indonesia) Jumlah Halaman : 548 ISBN : 979-95978-2-3
* * *
Sebelumnya tentang Kurt Cobain - Kurt Cobain, Musisi Pemberontak Generasi Muda - "Forever 27 Club," Legenda Musisi Rock Yang Tewas di Usia 27 Tahun
* * *
Jakarta, 7 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H