Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Alex Noerdin, Perjudian atau Strategi Golkar Menuju DKI 1

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13312159861921346622

[caption id="attachment_165260" align="aligncenter" width="614" caption="Alex Noerdin Calon Gubernur DKI Jakarta yang diusung Golkar"][/caption] Tanpa di duga sebelumnya oleh banyak pihak, akhirnya Golkar memutuskan untuk mengusung Alex Noerdin sebagai calon gubernur DKI Jakarta bersama Calon wakil gubernur, Nono Sampono. Padahal selama ini, yang ramai dibicarakan oleh masyarakat termasuk petinggi dari partai berlambang pohon beringin itu adalah Tantowi Yahya, bakal calon yang lebih populer karena seorang artis dan juga anggota DPR. Menarik untuk disimak dari hasil deklarasi yang dilakukan kemarin, karena diantara internal partai Golkar sendiri banyak yang terbelah menjadi tiga suara. Antara Alex Noerdin, Tantowi Yahya, serta Priya Ramadhani yang diantara ketiganya mempunyai masing-masing kelebihan maupun kekurangannya sendiri. Sebab untuk segi kepopuleran dan (mungkin) menarik hati dari masyarakat luas, tentunya Tantowi Yahya adalah nomer wahid dari ketiga calon gubernur yang diusung Golkar. Selain berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey, Tantowi selalu beriringan dengan calon gubernur (incumbent) Fauzi Bowo. Juga dari segi waktu, Alex Noerdin bahkan namanya baru bergaung untuk posisi cagub pada awal tahun 2012 ini, serta secara struktural di partai masih kalah dari Priya Ramadhani. Namun, inilah politik yang berbicara, dikala pengamat dan masyarakat hanya bisa meraba-raba dimana pilihan yang tepat untuk menduduki kursi nomor satu DKI. Golkar dengan pengalaman birokrasinya memutar balikan semua asumsi yang ada, dengan menegaskan pilihannya pada sosok Alex Noerdin. Walaupun Alex Noedin sendiri saat ini masih terus dicecar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan berbagai pertanyaan mengenai kasus wisma atlet (Sumber: Kompas.com). Namun seperti biasa, ketika ada jagoan yang diusungnya hendak di goyang berbagai isu dan skandal, petinggi dari Golkar langsung pasang badan seraya menangkisnya. Seperti yang diucapkan Agung Laksono, wakil ketua umum DPP Golkar, bahwa setiap pilkada hal seperti ini selalu saja terjadi. Menilik kiprah Alex Noerdin, yang saat ini masih menjabat sebagai gubernur Sumatera Selatan, pria berpostur tubuh tinggi besar ini memang punya "modal" yang lumayan untuk bisa bersaing meraih singgasana Gubernur DKI Jakarta sekaligus diharapkan mampu meningkatkan citra Golkar di mata warga Jakarta dan sekitarnya. Dengan pengalamannya sebagai Gubernur Sumatera Selatan dan juga Bupati Musi Banyuasin selama dua periode, tentunya dirasa pas oleh Golkar untuk bisa menandingi langkah Fauzi Bowo yang digadang-gadang oleh partai penguasa, Demokrat. Apalagi Alex Noerdin yang kini berusia 61 tahun dikenal sebagai sosok yang memperhatikan bidang olah raga, terbukti dengan kesuksesan Palembang saat menggelar event SEA Games 2011 lalu yang fasilitasnya lumayan memadai meski hingga kini masih berpolemik. Sebagai masyarakat biasa, kita hanya bisa menyaksikan head to head antara Alex Noerdin dengan Fauzi Bowo menuju DKI 1, tanpa mengesampingkan calon yang diusung dari partai lain yang tentunya telah menyiapkan strategi yang sama dan bisa menjadi kuda hitam. Terlepas dari semua itu yang diharapkan oleh warga Jakarta dan sekitarnya, tentu bukan nama besar yang disandari oleh partai politik ataupun Janji-janji belaka. Melainkan adalah Hasil Nyata untuk membenahi kota Jakarta, bukan hanya sebagai Ibukota atau pusat pemerintahan saja, tetapi juga dapat menjadikannya sebagai kota yang aman, tenteram dan nyaman untuk ditinggali warganya sendiri maupun dikunjungi masyarakat luar. Dan lagi, benang kusut yang selama beberapa tahun ini sulit terurai seperti banjir, macet, kriminalitas, kesenjangan sosial serta masalah lainnya, agar bisa ditangani dengan maksimal. Tanpa harus melemparkan alasan lainnya dengan mengkambing hitamkan pihak lain, seperti ruwetnya banjir yang sering melanda DKI Jakarta dan daerah sekitarnya yang menjadi penyangga. Bagi saya pribadi, siapapun Gubernurnya, baik si A, B ataupun C, bahkan D, yang terpenting adalah dapat memenuhi janjinya selama kampanye. Agar jutaan pemilih tidak hanya mendapatkan Angin Surga belaka saat masa pemilihan, lalu mendapatkan Panasnya Api Neraka di lima tahun kedepan...

*    *    *

Djembatan Lima, 08 Maret 2012 Choirul Huda




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline