Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Pelabuhan Sunda Kelapa, Banyak Sampah dan Airnya Tercemar Limbah

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1329649821310969068

[caption id="attachment_172076" align="aligncenter" width="614" caption="Sampah berserakan dan air berwarna hijau saat beberapa warga sedang berpose didepan kapal "][/caption] Senja menginjak di ujung kota Jakarta, hempasan debu yang berterbangan serta pemandangan penuh sampah mewarnai bibir laut yang hanya dipisahkan tembok. Di depannya terlihat beberapa orang sedang asyik berfoto ria bersama tanpa menghiraukan lalat-lalat yang berterbangan di dekatnya. Sementara itu, tidak jauh dari tempat mereka tampak beberapa ABK sibuk dengan kegiatan mereka sehari-harinya dengan memindahkan barang dari satu kapal ke sebuah truk. Pelabuhan Sunda Kelapa, sebagai pelabuhan tertua di Indonesia sekaligus dahulunya adalah pintu masuk dan pusat perdagangan di pulau Jawa kini terlihat sangat sangat semrawut dan tak terawat. Di sepanjang bibir perairan Jakarta di setiap sela-sela perahu, baik besar maupun kecil banyak terdapat sampah yang bertebaran. Air lautnya tidak lagi tampak kebiruan, namun sudah berwarna hijau kecokelatan tanda tercemar limbah di sekeliling pelabuhan, mulai dari gerbang masuk hingga ujung dermaga. Debu yang menempel di jalan pun terlihat sangat tebal hingga masker dan penutup wajah tidak berguna sama sekali. "Namanya juga pelabuhan, Mas, ya seperti ini. Kalau ga mau ada debu sama sampah, ya di mall aja..." Ucap salah seorang pekerja sambil tertawa yang sedang asyik mengopi di pinggir dermaga, ketika saya ngobrol dengannya yang juga diamini penjual kopi keliling. Ya, beginilah wajah asli pelabuhan Sunda Kelapa yang dahulunya termahsyur hingga terdengar sampai belahan dunia utara. Sampai bangsa Eropa, yakni Portugal dan Belanda tertarik untuk singgah dan membuka kantor dagang mereka, sebelum akhirnya malah menjajah negeri ini. Dengan letak yang strategis, kala itu Sunda Kelapa memang menjadi primadona, sebab berbagai kebutuhan tersedia, mulai dari lada, kopi, garam, beras, keramik, bahan tenun dan lainnya yang  terdapat di penjuru nusantara. Tetapi itu dulu, meski sekarang aktivitas bongkar muat tetap ada setiap harinya dan menjadikan sebagai pintu masuk barang di Ibukota yang kedua, setelah Tanjung Priok. Kini Sunda Kelapa tidak lagi terkenal seperti pada era keemasannya di abad yang lampau. Padahal kalau Sunda Kelapa lebih terawat lagi dan dijadikan sebagai kawasan wisata, tanpa mengganggu aktifitas pekerja, bukan mustahil akan banyak dikunjungi orang. Sebab, banyak juga warga yang datang ke pelabuhan ini untuk berfoto sekaligus menikmati keindahan alamnya. Apalagi saat matahari mulai terbenam, sering dijadikan objek fotografi oleh berbagai wisatawan baik dalam maupun dari luar negeri. Karena selain dekat dengan kawasan wisata Kota Tua, di pelabuhan Sunda Kelapa juga tersedia perahu kecil yang bisa disewakan untuk berkeliling menyusuri perairan Jakarta dengan tarif sekitar rp 40-50 ribu rupiah. Namun dengan kondisi yang sekarang ini kotor dan penuh sampah, membuat orang yang datang ke pelabuhan Sunda Kelapa untuk berpikir ulang lagi. Saya jadi teringat dengan ucapan dari seorang pekerja, bahwa namanya juga pelabuhan ya, seperti inilah keadaannya. Semoga saja kedepannya, pelabuhan Sunda Kelapa dapat lebih bersih lagi agar namanya tetap terkenal seperti dahulu...

*    *    *

[caption id="attachment_162043" align="aligncenter" width="614" caption="Terlihat dari menara Syah Bandar dengan Sampah menumpuk di berbagai penjuru"]

1329604615533021467

[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_162044" align="aligncenter" width="614" caption="Di setiap sela kapal, pasti terdapat sampah yang menumpuk"]

1329604715914447737

[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_162045" align="aligncenter" width="614" caption="Sekeluarga berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa"]

1329604932627010007

[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_162046" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa wisatawan berdatangan untuk memotret saat matahari terbenam"]

1329605037139143786

[/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_162047" align="aligncenter" width="614" caption="Tidak ketinggalan turis bule pun sering berkunjung"]

132960510676302133

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline