[caption id="attachment_159088" align="aligncenter" width="614" caption="Keramaian di kawasan Kota Tua"][/caption] "Ayo Bang, cuma serebu perak bisa dapat BB buat pacarnya, di coba, di coba, di coba". Lalu tidak jauh dari tempat tersebut ada sebuah lapak beralaskan terpal berwarna biru yang juga ramai dikerumuni pengunjung, "tiga langkah, kalau bisa mematikan raja putih, anda berhak membawa pulang hadiah ini..." Itulah keramaian yang terdapat di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat saat waktu sudah menginjak larut malam. Disana tumpah ruah berbagai macam gelaran dagangan dan juga acara hiburan berhadiah, seperti memancing dalam botol serta catur tiga langkah. Sebenarnya kunjungan ke kawasan Kota Tua sama sekali tidak direncnaakan, sebab niat awalnya pergi ke Masjid Luar Batang, di pasar ikan, Jakarta Utara untuk menghadiri acara Maulid. Namun sesampainya disana, ternyata tidak ada kegiatan apa-apa, hanya ada ziarah seperti hari biasa. Ketika ditanyakan pada salah seorang pengurus, ternyata acara peringatan Maulid akan berlangsung tanggal 19 Februari nanti. Akhirnya saya dan beberapa kawan pun kembali lagi, namun setelah di persimpangan Muara Baru - Bandengan, beberapa kawan mengajak untuk berkunjung ke kawasan Kota Tua. Karena tertarik dengan lokasi tersebut yang sudah lama tidak pernah disinggahi sejak Oktober 2011 lalu, kemudian kami pun langsung menuju kesana. Apalagi esoknya (hari ini/ minggu) semua pada libur kerja, jadi bisa bebas menikmati malam di kawasan Jadul tersebut. Sesampainya di sana, ternyata masih sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang meski waktu sudah menunjukkan pukul 00:30 dinihari. Saat menginjakkan kaki tidak jauh dari tempat parkiran motor, kami sudah disuguhi oleh tontoan menarik dari seorang pedagang yang menawarkan untuk ikut memancing botol. Permainan yang sangat mudah, yakni cukup dengan membayar rp 1.000 untuk satu kesempatan memancing dan kalau beruntung maka berhak membawa hadiahnya yang dipajang yaitu beberapa ponsel keluaran anyar. Ada dua orang kawan yang ikutan mencoba, namun gagal terus karena licin saat gelang yang melingkari ujung botol selalu terlepas. Karena penasaran hingga 5 kali gagal, maka kawan saya itu meminta contoh dari orangnya langsung. Dan, ternyata memang bisa, walaupun licin tetapi dengan perlahan dapat juga botol itu berdiri tegak setelah sebelumnya dalam posisi tertidur. Sontak saja aksi dari orang tersebut membuat kagum kami, meski terlihat mudah namun sangatlah tidak gampang untuk mempraktekkan langsung. Menurut orang yang menggelar permainan hiburan berhadiah itu, tidak dibutuhkan keahlian apapun untuk dapat menegakkan botol dari kail pancingan. Yang ada hanya konsentrasi, dan pemusatan pikiran untuk bisa serta harus yakin... Ya ampun, dari permainan yang terlihat sepele tetapi ada juga sisi positifnya yang dapat diambil, yakni konsentrasi. Lumayan malam-malam selain bisa menikmati berbagai hiburan yang tersedia dapat juga ilmu saat mengunjungi Kota Tua. Berlanjut menyusuri lorong-lorong bangunan tua di kanan dan kiri, ada beberapa yang sudah sangat familiar, yaitu Museum Wayang serta tempat pemotretan "pre wedding" ala artis. Sayangnya karena sudah tengah malam kedua tempat tersebut sudah tutup, hingga kami pun mencari lagi dengan mengitari beberapa kompleks. Ada beberapa lapak yang ramai di kerumuni orang, seperti catur "tiga langkah mati" yang hingga lama saya perhatikan seorang yang sedang mencoba di langkah kedua sudah kebingungan. Dari raut wajahnya yang mengernyitkan dahi, sambil duduk dengan kepala bertumpu di dagu tanda sedang memeras otak. Sebenarnya saya sendiri ingin lebih lama menyaksikan bagaimana taktik dari seorang pengunjung yang tampaknya yakin bisa memecahkan strategi catur putih. Namun karena beberapa kawan sudah tidak sabar menunggu dan ingin mengitari tempat lainnya, terpaksa saya tinggalkan. Seorang kawan perempuan sempat berhenti lama dan memotret di lapak sebuah mainan, kirain saya sedang memperhatikan suatu apa. Eh tidak tahunya ia keasyikan memandangi sebuah boneka lucu yang bisa berjalan sendiri dengan diisi memakai dua baterai. Tidak jauh dari tempat tersebut, tepat di depan Museum Fatahillah terdapat lapak tatto untuk yang permanen maupun hanya dua minggu. Lagi-lagi harus menunggu lama, karena kawan saya yang perempuan asyik memandangi sambil bertanya-tanya dengan yang punya lapak. Saya hanya bisa mengiyakan sembari menunggu ia asyik mengobrol, walau sebenarnya bete juga. Sebab giliran saya melihat di lapak catur, ia meminta untuk buru-buru pergi, tapi namanya juga perempuan, mau tidak mau mesti dituruti... Di depan gedung Kantor Pos, terdapat terapi alternatif menggunakan bekam untuk mengobati masuk angin serta pegal linu. Aneh juga sih melihat tubuh orang yang sedang diterapi, di penuhi oleh kop hingga punggungnya seperti landak. Apalagi saat sang terapis menyulut api untuk di poleskan ke daerah yang diperkirakan penyebab penyakit, dengan api panas. Sempat berekeliling untuk membeli boneka dan beberapa pernak-pernik seperti pin serta gantungan kunci, akhirnya saya dan beberapa kawan meninggalkan kawasan Kota Tua. Tak lupa sebelumnya untuk memotret beberapa pemandangan menarik di sepanjang jembatan kali besar yang eksotik di malam hari. Dan senang juga bisa mengunjungi kawasan Kota Tua yang sejak dahulu terkenal akan keelokan bangunan tua serta keindahan di sepanjang bibir kali besar.
* * *
[caption id="attachment_159089" align="aligncenter" width="614" caption="Memancing botol kalau beruntung bisa mendapatkan ponsel"]
[/caption]
* * *
[caption id="attachment_159091" align="aligncenter" width="614" caption="Berbagai pernak pernik yang dijual dengan display menarik"]
[/caption]
* * *
[caption id="attachment_159092" align="aligncenter" width="614" caption="Lokasi pemotretan dengan background mobil kuno"]
[/caption]
* * *
[caption id="attachment_159093" align="aligncenter" width="614" caption="Museum Wayang di malam hari "]
[/caption]
* * *
[caption id="attachment_159094" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa orang sedang memeras otak untuk memecahkan strategi "]
[/caption]