Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Suka Duka Menyelimuti di Malam Tahun Baru

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13253508141368355246

[caption id="attachment_152492" align="aligncenter" width="614" caption="Kembang api bertabur meriah saat malam tahun baru di langit-langit Jakarta"][/caption] Tepat setengah jam lebih yang lalu, sebagian masyarakat Indonesia di berbagai penjuru nusantara merayakan malam tahun baru. Di tempat tinggal saya pun, malam tahun baru dirayakan dengan berkumpulnya hampir seluruh warga, baik itu Bapak-bapak, Ibu-ibu, Remaja dan tak ketinggalan Anak Abg. Semua tumplek menjadi satu, dan keceriaan terpancar dari wajah mereka untuk bisa menyaksikan pergantian tahun 2011 ini. Kaum perempuan, terutama Ibu-ibu banyak berkumpul untuk membuat nasi liwet untuk dimakan bersama anak-anak yang juga turut memeriahkan malam pergantian tahun ini. Lalu, kaum pria, seperti biasa bakar jagung sembari meronda bersama beberapa aparat keamanan yang kebetulan patroli. Bukan apa-apa, di daerah tempat saya tinggal ini, terkesan rawan apabila malam hari, jadi kami biasanya digilir untuk ronda setiap malam. Dan, kebetulan tahun lalu ada tawuran antar gang, akibat dipicu saling ejek saat perayaan malam tahun baru 2011 lalu. Jadi, agar tidak terjadi lagi, maka Ketua RT dan RW berinisiatif untuk mengundang beberapa aparat dan tokoh masyarakat, untuk berjaga-jaga hingga pukul 05 wib. Tepat menjelang pukul 00:00 wib, suasana semakin ramai. Anak-anak kecil yang biasanya sudah pada tidur, khusus malam tahun baru dibolehkan para Orang tuanya untuk menyaksikan pesta kembang api di langit Jakarta. Sama halnya dengan malam takbiran, Idul Fitri. Anak-anak pun pada berlarian, ada yang bermain petak umpat atau juga saling bercanda dengan sesamanya.

*   *   *

Namun, ada suka tentunya ada juga duka. Saat saya melintas di depan warung penjual kembang api dan petasan, wajah murung pun sangat jelas terlihat dimatanya. Ketika melongok langsung ke dalam kios dagangannya, ternyata masih banyak lagi kembang api yang belum terjual. "Tahun ini, ga balik modal Mas rul..." Ucap beliau lirih, saat saya ajak untuk mengobrol. Beliau yang berdagang dadakan sejak H-5 tahun baru, tentunya dengan susah payah berusaha untuk mengais rezeki. Namun apalah daya, ternyata untuk tahun ini pendapatannya sangat berkurang jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin karena animo masyarakat yang agak turun, atau juga karena kebutuhan sehari-hari sangat penting jadinya untuk membeli kembang api hanya dapat dinikmati segelintir orang saja. Begitu juga dengan pedagang bakso yang biasa mangkal di jalan, "malam tahun baru ini yang beli bisa dihitung dengan jari, padahal saat Idul Fitri kemarin atau malam minggu sebelumnya ramai banget" Ketika saya bertanya dengan sang penjual sambil makan bakso di tempatnya. Mungkin sepinya pembeli, karena disebabkan banyak yang bepergian ke luar kota atau jalan-jalan. Saya pun mencoba untuk menghiburnya. Dari kedua pedagang yang saya temui itu, meski pendapatan mereka agak menurun. Namun tetap ceria saat saya minta untuk berfoto, bahkan penjual kembang api dengan sumringah membuka laci untuk memamerkan uangnya. Bukan sekadar  pamer, tetapi untuk menghibur dirinya sendiri yang saat ini harus menombok dagangannya yang sepi...

*   *   *

Lalu, saya sendiri merayakan tahun baru 2012 ini dengan berkumpul bersama warga di sekitar rumah.  Sempat ada beberapa kawan pria serta perempuan yang mengajak untuk pergi ke kawasan Ancol dan Kemayoran untuk tahun baruan, namun karena di rumah sepi terpaksa saya tolak dengan halus. Maklum, malam tahun baru ini, Ayah dan Ibu pergi ke rumah saudara di Klender, Jakarta Timur karena ada urusan keluarga. Kemudian, Adik saya pun sudah dari sore pergi dengan kawan-kawan kampusnya untuk merayakan malam tahun baru di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi sebenarnya tak enak hati, ketika jauh-jauh hari sudah janji dengan  seorang kawan Kampus yang mengajak untuk pergi ke acara Tabligh Akbar di Masjid Kebon Jeruk, Taman sari dan juga Masjid Luar Batang, Jakarta Utara. Tetapi karena dirumah tiada orang yang menjaga, saya pun memberi kabar via telepon untuk tidak dapat menghadirinya, sebab takut terjadi apa-apa kalau rumah dibiarkan kosong. Padahal saat perayaan tahun baru 2010 lalu, saya berkeliling kota Bandung bersama beberapa kawan. Dan tahun 2009, asyik berduaan dengan pacar untuk mengitari sudut kota Padang, Sumatera Barat, mulai dari kawasan Taplau (Tepi Laut) hingga Bukit lampu. Namun tahun ini, tepat pukul 00:00 wib, saya pun cukup puas makan bakso bersama beberapa kawan di rumah, sambil memotret keadaan disekitar warga... Setidaknya malam tahun baru ini, dapat dijadikan renungan untuk refleksi diri saya pribadi. Agar setahun kedepan dapat lebih baik dari tahun sebelumnya.

*   *   *

[caption id="attachment_152493" align="aligncenter" width="614" caption="Warga yang asyik membakar jagung"][/caption]

*   *   *

[caption id="attachment_152494" align="aligncenter" width="614" caption="Kaum Ibu dan anak abg tumplek jadi satu memakan nasi liwet"][/caption]

*   *   *

[caption id="attachment_152495" align="aligncenter" width="614" caption="Warna-warni di sepanjang jalan"][/caption]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline