...Ayah Bunda tercinta satu yang tersisa
mengapa kau tiupkan nafasku ke dunia
hidup tak ku sesali mungkin ku tangisi
ku ingin rasakan cinta;
"semakin jauh ku melangkah, semakin perih jejak langkahku
hariku pun semakin sombong, meski hidup terus berjalan"
terus berjalan...
* * *
[caption id="attachment_97478" align="alignleft" width="150" caption="Batara Kala 2"][/caption] Batara Kala, segera bangkit dan menyeringai kepada Wisanggeni. Dengan tertatih-tatih kemudian ia mendekati Wisanggeni sembari tersenyum sinis. "Oh ini toh, yang telah membikin goro-goro di Jonggringsalaka? Pantas dari tadi hawa aneh yang bau terpancar dari tubuhmu yang kecil dan dekil". Ejek Batara Kala. Sementara Wisanggeni hanya diam tak bergeming, saat diejek. Ia hanya mendongakkan kepala sambil memandang jauh keatas langit. Seolah-olah tidak mendengar perkataan Batara Kala. Batara Guru langsung menengahi, "sudahlah Kala, jangan Engkau berbuat onar lagi. Disini sedang ada pertemuan antara Aku dan Wisanggeni, anak dari Penengah Pandawa. Lebih baik engkau kembali saja ke kediamanmu di Gondomayit sana..." "Aku menolak, aku ingin tetap berada disini untuk memastikan apakah anak yang masih bau kencur ini bisa membuat onar di Khayangan sini" sahut Batara Kala enteng. "Batara Kala, aku perintahkan kau untuk kembali ke kediamanmu sekarang. Titik" bentak Batara Guru. "ha ha ha, wahai Ayahanda tercinta, janganlah mencoba untuk menakutiku. Aku bebas untuk bertemu dengan siapa saja dan tidak ada yang bisa melarangnya. Termasuk Engkau, Ayahanda tercinta, Ibuku, serta saudaraku yang paling "sakti mandraguna", Indra. Jadi, aku merdeka". "Terserah kau sajalah, yang terpenting sekarang ini jangan kau memancing di air keruh" gumam Batara Guru sembari menghela nafas. "Lagipula, jangankan satu orang Wisanggeni yang hanya keturunan dari Pandawa. Bahkan Pandawa Lima saja, dapat aku kalahkan dengan mudah. Dan kalau saja tidak ada si Tukang Usil Kresna, mereka sudah kulumat hidup-hidup. Jadi apalagi yang kutakutkan?" Wisanggeni hanya tersenyum tatkala Batara Kala, bicara dengan Batara Guru. Dan ia kemudian buka suara, "Wahai Batara Kala, dari tadi kau selalu menyebut tentang kelemahan Pandawa dan mengagungkan dirimu sendiri. Sekarang aku ingin bertanya, diantara kau dengan Sri Kresna, manakah yang lebih kuat?" Tersentak Batara Kala saat mendengar tentang Sri Kresna, dengan wajah merah padam ia tertawa nyaring hingga menggetarkan seluruh khyangan Jonggringsalaka. "Ha ha ha, kau bilang tentang Sri Kresna, si tukang usil itu? Aku tidak takut kepadanya, kekuatan kami seimbang, meskipun ia lebih cerdas tapi aku rasa dapat menandinginya. Hanya ketiga kekuatannya yang membuat aku sedikit gentar..." "Huh, pasti kau kepikiran tentang Tiwikrama darinya, Senjata Cakra yang maha dahsyat itu, serta Bunga Wijaya Kusuma itu bukan! Tak kusangka, engkau sebagai Dewa Kegelapan bisa takluk menghadapi seorang manusia titisan Batara Wisnu!!! Ha ha ha" Wisanggeni, tertawa nyaring dengan terbahak-bahak, hingga sedikit menggetarkan khayangan, bahkan singgasana Batara Guru ikut bergoyang saking kencangnya suara teriakan tersebut". Kaget juga Batara Kala, menyaksikan kekuatan yang maha dahsyat yang dipamerkan Wisanggeni. Bahkan kakinya sampai gemetaran saking menahan paniknya. Para Dewata yang mendengar langsung juga tak kalah panik dan gempar, dalam anggapan mereka teriakan Batara Kala yang dahsyat saja masih bisa dikalahkan oleh teriakan Wisanggeni, begitu juga apabila mereka berdua bertempur, pasti Wisanggeni akan lebih unggul. Dalam pemikiran para Dewa yang sebagian egois, merasa siapapaun yang menang tidak akan merubah keadaan karena sama-sama akan mengacaukan khayangan. Tapi dalam hati mereka masing-masing berkata, bahwa mereka mendoakn semoga Wisanggeni dapat mengalahkan Batara Kala agar ia Batara Kala tidak sombong lagi terhadap mereka, dan segera kembali ke Gondomayit. Tapi konsekuensinya, mereka akan berhadapan dengan suatu makhluk, yaitu manusia setengah dewa yang sangat sulit dikendalikan...
* * *