Sudah lebih dari setahun belakangan ini Ibuku menderita Diabetes atau Kencing manis, dan selama ini Beliau selalu bertahan dengan kondisi tubuhnya dengan kadar gula yang naik turun. Beliau kakinya sempat mengalami luka hingga bolong, gara-gara terkena pecahan beling. Sudah begitu, sewaktu kejadian, kadar gulanya sedang tinggi, lebih dari 500 mg/dl. Padahal batas maksimal seseorang terkena Diabetes adalah 150-200 mg/dl*. Kejadiannya, pada 21 November 2009. Saat itu Ibuku tidak sengaja menginjak pecahan Asbak yang terbuat dari kaca. Karena beliau merasa tidak apa-apa, hanya luka sedikit berdarah. Ibuku menganggap hanya luka biasa yang bisa diobati dengan obat merah dan plester. Tetapi setelah beberapa hari kemudian beliau merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya, setiap malam beliau menggigil dan demam. Akhirnya Ibuku memeriksakan diri ke dokter umum, hingga beberapa kali periksa. Awalnya Ibuku hanya dinyatakan sebagai demam biasa dan diberikan obat anti biotik. Sampai beberapa hari kondisi Beliau tidak juga mengalami perbaikan, dan pada malam berikutnya Beliau mengalami sakit yang parah hingga Keluarga berinisiatif memanggil Dokter pada pukul 01 dini hari. Setelah diperiksa Dokter, kemudian Ibuku disarankan untuk melakukan perawatan di sebuah RS di Jakarta Barat. [caption id="attachment_92265" align="aligncenter" width="300" caption="Saat Pertama kali hendak dioperasi"][/caption] Sore itu juga, pada malam Iedul Adha kami membawa Ibu ke Rumah sakit untuk dirawat. Dan oleh Dokter disana, beliau disarankan untuk melakukan Operasi, karena luka di kakinya sudah semakin parah. Telapak kaki sebselah kiri, sudah bolong hingga melebar ke mata kaki (Gangrein). Akhirnya Ibuku melakukan perawatan selama dua minggu lebih di Rumah sakit. Ibuku diketahui memiliki kadar gula yang sangat tinggi, 500 mg/dl. Dan Oleh Dokter disana, Ibuku disuntik dengan Insulin untuk menurunkan kadar gulanya yang sangat tinggi. Selama dirawat, beliau juga diberi makanan dengan asupan gizi lengkap yang sangat baik untuk penderita Diabetes, juga di beri Albumin untuk menambah daya tahan tubuhnya. Setiap pagi saya melihat kaki beliau yang luka dibersihkan dan diberi plester untuk menghisap nanah atau membersihkan luka. Sampai dua minggu lebih beliau dirawat di Rumah sakit, karena kondisi tubuhnya sudah sedikit membaik ditambah dengan keuangan agak menipis dan kami tidak sanggup lagi untuk membayar biaya pengobatan yang lumayan mahal, maka kami sekeluarga memutuskan untuk membawa beliau pulang ke rumah untuk melakukan rawat jalan. [caption id="attachment_92266" align="aligncenter" width="300" caption="setelah dioperasi"]
[/caption] Kami memutuskan untuk pindah ke Bandung dan menginap sementara di rumah saudara di kawasan Antapani dan Cibiru. Disana Ibuku disarankan untuk melakukan rawat jalan di sebuah Rumah sakit didaerah Kopo. Akhirnya Ibuku melakukan pengobatan rawat jalan dengan jangka waktu dua kali dalam seminggu. Rawat jalan itu kami lakukan hingga Maret, dengan intensitas 2 x perminggu, hingga selepas maret Ibuku disarankan untuk hanya melakukan pengecekan kesehatan sebulan sekali. Alhamdullilah, setelah melakukan rawat jalan secara rutin, kondisi Ibuku sudah mulai membaik, dahulu selama dirawat di rumah sakit, tidak bisa apa-apa, melakukan kegiatan hanya diranjang sembari tiduran. Kemudian mulai bisa bergerak dengan memakai kursi roda, terus berlanjut dengan memakai tongkat penyangga. Sampai kemudian Ibuku benar-benar dinyatakan pulih oleh Dokter dan bisa berjalan kembali seperti sedia kala. [caption id="attachment_92268" align="aligncenter" width="300" caption="Setelah beberapa bulan dan diterapi"]
[/caption]
"Oh ya, ada kejadian haru saat Saya dan Ibuku hendak berobat ke Rumah sakit. Waktu itu pukul 05 pagi saya berangkat dari rumah menuju stasiun gambir untuk naik kereta ke jurusan Bandung. Setelah sampai lobi, tiba-tiba kami didatangi oleh beberapa Satpam dengan tatapan heran. Kami juga saat itu kaget, sampai akhirnya salah satu dari Satpam itu bilang bahwa ia tidak menyangka kondisi Ibu saya sudah pulih kembali. Soalnya kata Sang Satpam itu, penyakit diabetes, apalagi yang menyerang kaki sangat lama untuk disembuhkan. Tapi tiba-tiba Ibuku dilihatnya sudah bisa berjalan kembali."
* * *
Memang sebelumnya jika Kami datang ke Stasiun Gambir, Ada saja Satpam yang selalu menyediakan kursi roda dan menjalankan lift agar Ibu saya bisa naik ke peron. Makanya mereka kaget, waktu melihat Ibuku benar-benar sudah bisa berjalan. Terima kasih Pak Satpam semua atas kebaikannya, Mohon maaf saya tidak bisa membalas apa-apa untuk Kalian semua... [caption id="attachment_92269" align="aligncenter" width="300" caption="Hampir sembuh, setelah hampir satu tahun"]
[/caption] Hingga sekarang sudah lewat dari setahun lebih, kondisi Ibuku sangat membaik dan bisa berjalan lebih lancar, tetapi untuk menopang Kesehatannya, beliau masih disuntik dengan Insulin setiap harinya dengan waktu yang berbeda.
- Pukul 07.00 pagi (Sesudah sarapan pagi)
- Pukul 13.00 siang (Sesudah makan siang)
- Pukul 19.00 malam (Sesudah makan malam)
- Pukul 22.00 malam (setelah ngemil atau makan buah-buahan)
Berhubung Kami hanya keluarga kecil, terdiri dari Ayah, Ibu, Saya dan Adik Perempuan. Maka kami biasanya gantian dalam menyuntik ke Ibu, saya setiap pagi dan siang, Adik setiap sore selepas ia pulang kuliah dan Ayah saya setiap jam 22 malam, karena beliau baru pulang kerja pukul 20 malam. Selain dengan Insulin kami juga mencoba untuk melakukan pengobatan tambahan untuk Sang Ibu dengan:
- memberikan obat-obatan herbal
- sop yang banyak mengandung nutrisi
- diet dengan hanya memakan beras merah
- tidak memakan nasi yang baru tetapi nasi yang kemarin*
- mengurangi minum teh dengan banyak gula
- memberikan buah-buahan yang tidak terlalu manis
Pada bulan September lalu. selepas Iedul Fitri, kadar gula Ibuku sempat menjadi normal kembali, yaitu di kisaran 120 mg/dl. Tetapi karena merasa sudah baikan dan kondisi kakinya sudah sembuh, akhirnya Ibuku terlena, hingga pada minggu kemarin (12 februari) beliau sangat kaget ketika memeriksakan kadar gulanya ke sebuah Laboratorium ternyata naik drastis menjadi 330 mg/dl. Sekarang Ibu menjadi lebih waspada, dan berusaha untuk mengurangi memakan nasi putih dan makanan yang sangat dilarang seperti garam dan kecap. Huuf, semoga saja nanti pas di check kembali kadar gula beliau kembali normal. Meskipun sulit untuk diobati, tetapi Diabetes bukan berarti tidak bisa disembuhkan...
* * *
* HANYA KISAH PENGALAMAN PRIBADI, tidak berkaitan dengan hal-hal diluar cerita! *Foto-foto Dokumen pribadi. __________________________________________________________________________________________ Tulisan - tulisan lainnya yang terkait: - Putri yang Ditukar (sinetron yang membosankan tetapi sangat ditunggu kehadirannya?) - Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara I (sebuah sisi lain Kehidupan) - Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara II (Batubara = BArang TUhan BAgi RAta???) - Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara III (Seminggu ditengah Samudera lepas) - Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara IV (Parang itu hampir mendarat di kepalaku!) - Suka dan Duka selama bekerja di Tambang Batubara V ( Suara - suara aneh dari sumur tua) - Dragon Ball, kenangan akan masa kanak-kanak yang terlupakan - Ah... Ternyata mereka tidak mengenal Kompasiana (Polling kecil-kecilan tentang Internet dan Telekomunikasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H