Huuf, pada awalnya Aku sama sekali tidak membayangkan bisa bekerja di sebuah Perusahaan Batubara. Apalagi sampai bertugas di luar Pulau Jawa, yang sama sekali asing bagiku. Tapi akhirnya Aku dapat juga mengalami untuk bekerja di salah satu Perusahaan Batubara yang berkantor di Kota Bandung. Awalnya Aku bekerja adalah sebagai seorang Checker yang bertugas untuk mengecek kiriman Barang dari Stockpile (gudang) ke Pabrik-pabrik yang lokasinya tersebar di Kota Bandung dan sekitarnya. Sungguh pekerjaan yang mengasyikkan bisa keluar masuk Pabrik dan melihat-lihat cara Produksi mereka. Meskipun harus rela untuk panas-panasan saat masuk ke Ruangan Boiler, karena terkadang aku harus mengecek langsung bagus tidaknya hasil batubara yang dikirim oleh perusahaan. Capek, Panas, Kotor dan harus siap mental dimarahi oleh petugas yang mengoperasikan Boiler tersebut jika hasil kiriman batubara kurang memuaskan. Belum lagi jika harus dikejar waktu untuk secepatnya singgah ke beberapa pabrik. Bukan apa-apa, tapi melewati jalanan di kota Bandung sungguh menguji kesabaran. Kota yang luasnya hanya sepertiga Jakarta itu dari siang sampai pagi selalu macet, mana jalanan kecil (yang terlebar hanya By Pass Soekarno-Hatta), angkot banyak yang ngetem dan memberhentikan penumpang seenaknya, sudah begitu ditambah lagi banyak jalur yang satu arah... Huuf, inilah Bandung, kota terbesar no 4 di Indonesia yang macetnya sama dengan Jakarta. [caption id="attachment_92262" align="aligncenter" width="300" caption="Batubara"][/caption] Misalnya waktu itu Saya sedang mengecek di suatu Pabrik didaerah Cibaligo, Cimahi, terus ada panggilan dari Kantor untuk segera kembali ke Kantor yang berada didaerah Dago, setelah itu disuruh mengecek ke pabrik yang berada di Majalaya. Baru sampai pintu masuk pabrik sudah ditelepon lagi agar secepatnya mengambil surat jalan sopir yang tertinggal di depan Tol Baros dan mengantarkannya ke Pabrik di daerah Batujajar! Huuf... Dalam jangka waktu tidak lebih dari satu jam, mesti beres semua. Benar-benar seperti kilat, bayangkan saja dari Cibaligo ke Dago kemudian ke Majalaya terus lagi Tol Baros (Cimahi), setelah itu menuju Batujajar. Setelah saya lihat jaraknya di km sepeda motor saya menunjukkan 74km! Jarak segitu harus ditempuh kurang lebih satu jam dengan gaya selap selip dan merayap di Kota Bandung... Tapi, itu hanya salah satu pengalaman, dan masih banyak lagi pengalaman "indah" lainnya. Biasanya kalau hari sabtu, kantor kami tutup setengah hari dan karyawannya dapat pulang pukul 13 wib. Dan sebelum pulang, kami selalu ditraktir oleh Bos untuk pergi makan, entah itu ke Restoran, Mall atau Rumah makan biasa. Tapi bagi kami, sesama karyawan itu adalah suatu penghargaan yang sangat besar sekali. Betapa tidak girang jika seluruh karyawan diajak makan-makan oleh Bosnya sendiri. Itulah pengalaman yang bagi saya pribadi sangat mengharukan, karena menunjukkan Bos sebagai Pemimpin perusahaan mau berbaur dengan karyawannya tanpa harus dibatasi oleh peraturan. Karena kalau kami sedang berada di meja makan, dengan santainya dapat bercerita, bercanda dengan Bos tanpa harus takut-takut. Beda lagi jika sudah menghadapi hari Senin, semua kembali normal dan karyawan tidak bisa tertawa sesuka hatinya. Terkadang juga saya harus pergi ke Cirebon untuk bertugas mencatat data, saat ada kapal tongkang yang bersandar. Biasanya saya bergadang di Pelabuhan Cirebon selama 3 hari saat Kapal Tongkang menurunkan muatan Batubara menuju Stockpile yang berada di daerah Palimanan. Saya juga sering bolak-balik antara Pelabuhan dengan Stockpile untuk memastikan jalannya Truk yang memuat batubara tersebut. Karena kalau tidak diawasi bisa-bisa terjadi "main mata" antara sopir dengan orang-orang dijalan. Sebab harga satu ton batubara lumayan mahal apalagi dalam satu truk bisa memuat sekitar 25 ton lebih. Biasanya kegiatan dipelabuhan dimulai saat pukul 08 pagi hingga pukul 05 subuh berikutnya. Dan kalau sudah begitu harus pintar-pintar menjaga kondisi tubuh agar selalu fit. Ditambah lagi dengan angin malam yang sangat dingin dan kalau siang udara panas Kota Cirebon sungguh menyengat. Belum lagi debu batubara yang berterbangan membikin kotoran menempel diwajah dan sekujur tubuh. Untuk mengisi waktu luang biasanya kami (2-3 orang) mengisi waktu dengan memancing dilaut dan juga berfoto ria. Setelah beberapa bulan bekerja, tepatnya saat bulan Juli, saya dipindahkan ke Kalimantan Selatan. Tepatnya didaerah Asam-asam yang berjarak sekitar 200 km dari Banjarmasin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H