Aku jatuh cinta, untuk kesekian kali
Baru kali ini kurasakan, cinta sesungguhnya
Tak seperti dulu
Kali ini ada pengorbanan...
Senandung lagu dahsyat dari salah satu band ternama pada awal dekade 2000-an yang dinyanyikan ulang oleh pengiring musim di cafe, seperti mengusik batinku. Jatuh cinta. Apakah aku sedang jatuh cinta?
Tidak. Mungkin, tepatnya belum. Sebab, sulit bagiku untuk mencintai seseorang, meski itu sudah lama kenal sekalipun. Hampir, sama sulitnya bagi diriku saat pertama kali membuka hati kepadanya.
Namun, bila disebut saat ini aku sedang jatuh cinta, bisa jadi iya. Memang perasaan itu yang sedang melanda diriku, saat ini. Ya, untuk saat ini. Meski...
Itu terjadi semenjak puluhan purnama lalu. Tepatnya, ketika aku bertemu dengannya di sebuah Theater di jantung kota Jakarta. Hanya, ya itu. Penyakit lama seperti kambuh.
Benar apa yang dituliskan pepatah: Salah satu yang paling menyakitkan di kolong langit ini, bukanlah patah hati atau putus cinta. Melainkan, jatuh cinta yang sama sekali tak bisa terungkapkan.
* * *
Sepanjang hidup, salah satu hal yang paling sulit aku lakukan adalah berbuat romantis. Entah mengapa, kata "romantis" seolah menjadi rintangan bagiku dalam menjalin hubungan. Pernah, saat aku masih berseragam abu-abu bersama lawan jenis melewati sebuah toko mainan di hari ke-13 pada bulan kedua masehi. Saat itu, dia melirik kagum pada deretan boneka berwarna kuning di balik etalase kaca. Aku tergugah untuk bertanya dan berniat membelikannya.
Tapi, sosok yang saat itu masih berusia belasan tahun hanya menggeleng sambil tersenyum. Kami pun melanjutkan langkah dengan dia yang tak henti-hentinya memandangi etalase tersebut. Esok harinya, atas saran seorang sahabat, seusai sekolah aku langsung menuju toko mainan itu. Sebuah boneka berukuran lumayan besar namun lucu berhasil kubawa.
Malam harinya, ketika lilin-lilin menyala indah di atas meja makan di sebuah paviliun yang diterangi sinar rembulan, aku mencoba untuk memberi kejutan kecil. Sambil memintanya menutup mata dalam rentang beberapa menit, kupanggil pramusaji yang sebelumnya sudah diberi kode untuk membawa bingkisan berukuran lumayan besar. Sambil kubuka secara perlahan, dan memintanya untuk menatap kado yang menurutku lucu.
Sayangnya, bukan sambutan hangat yang kudapat. Melainkan, ekspresi kekecewaan dari gadis yang saat itu memakai kaos bertuliskan "Meteor Garden".