Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Anomali di (Fase Grup) Piala Dunia 2014

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14034699141041192950

Gol striker Kosta Rika, Bryan Ruiz ke gawang Gianluigi Buffon yang mengalahkan Italia sekaligus menyingkirkan Inggris (foto: fifa.com)

Hasil mengejutkan terjadi di awal fase grup Piala Dunia 2014. Dua juara dunia harus mengepak kopernya lebih awal di Brasil. Juara bertahan Spanyol tersingkir secara menyakitkan usai menelan dua kekalahan telak dari Belanda, skor 1-5, dan Cile (0-2).

Dua hari berselang giliran Inggris yang harus mengalami nasib tragis. Ironisnya, bukan dua kekalahan dari Italia dan Uruguay yang membuat mereka menyusul langkah Spanyol. Melainkan, justru hasil laga Italia kontra Kosta Rika (0-1) yang mengeliminasi Wayne Rooney dan kawan-kawan.

Ya, seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya “Drama Penuh Kejutan di Pekan Pertama Piala Dunia 2014”. Saat itu, saya menilai edisi ke-20 Piala Dunia ini sarat diwarnai kontroversi. Ternyata, itu benar. Sebab, Spanyol dan Inggris memang tidak lolos.

Kegagalan dua raksasa Eropa itu ibarat tragedi dalam dunia sepak bola. Kenapa? Sebab, Spanyol selain juara bertahan, juga baru saja “menginvasi” Eropa. Lantaran, tiga timnya, yaitu Real Madrid, Atletico Madrid, dan Sevilla tampil di final Liga Champions dan Liga Europa 2013/14. Seperti yang kita ketahui hasilnya, Madrid sukses menggenapi torehan “La Decima” alias trofi ke-10 Liga Champions diikuti Sevilla jawara Liga Europa.

Sementara, Inggris memiliki kompetisi domestik yang bisa dikatakan terbaik yaitu, Liga Primer. Bukan hanya di Eropa saja, melainkan dunia. Itu bisa dilihat dari ketatnya persaingan antartim untuk menjadi juara. Apalagi, Liga Primer dikemas dengan sangat profesional yang membuatnya banyak disaksikan pemirsa di seluruh dunia ketimbang Seri A Italia dan La Liga Spanyol.

Namun, justru pemain terbaik Liga Primer, Luis Suarez yang memperkuat Liverpool, secara tidak langsung turut memulangkan Inggris dari tanah Brasil. Itu terjadi setelah Suarez mencetak dua gol saat Uruguay mengalahkan Wayne Rooney dan kawan-kawan, skor 2-1.


*      *      *

Ronaldo Melempem

Di sisi lain, Pemain Terbaik Dunia 2014 FIFA, Cristiano Ronaldo justru melempem. Sukses membawa Madrid juara Liga Champions dengan meraih gelar pencetak gol tersubur di ajang yang sama dan La Liga. Ronaldo, gagal membawa Portugal berbicara di Piala Dunia 2014 akibat dikecundangi Jerman hingga empat gol tanpa balas.

Bahkan, aksinya pemain berjulukan “CR7” itu di Arena Fonte Nova (16/6) tertutup karisma bomber Jerman, Thomas Mueller. Ya, Mueller yang di semifinal Liga Champion lalu tidak bisa apa-apa bersama klubnya, Bayern Muenchen saat dikalahkan Madrid, agregat 0-5. Kini, bisa jemawa di hadapan Ronaldo.

Pasalnya, Mueller sukses mencetak tiga gol ke gawang Portugal. Pencapaian itu menjadikannya sebagai pemain pertama yang mampu mencetak “hattrick” di Piala Dunia 2014. Secara keseluruhan, Mueller sudah mengemas delapan gol dari tujuh pertandingan di dalam dua edisi Piala Dunia 2010 dan 2014.

Sedangkan Ronaldo hingga duel melawan Jerman, sudah tampil dalam 11 pertandingan di tiga edisi Piala Dunia 2006, 2010, dan 2014. Golnya? Baru satu. Itu pun terjadi delapan tahun silam. Tepatnya 17 Juni 2006 saat Portugal mengalahkan Iran, skor 2-0.

Sebuah perbandingan yang kontras antara Mueller dengan Ronaldo. Namun, itulah sisi menarik dari Piala Dunia yang tidak pernah bisa diprediksi hasilnya. Masih belum cukup? Saya dan jutaan penggemar sepak bola di seluruh dunia pasti heran dengan konstelasi di Grup D.

Maklum, dari delapan grup yang ada, bisa dibilang Grup D dijuluki sebagai “Grup Neraka”. Itu mengingat di Grup D bercokol tiga mantan juara dunia. Pertama jelas Italia yang empat kali menggondol trofi berlambang Dewi Nike dalam peradaban Yunani kuno pada edisi 1934, 1938, 1982, dan 2006. Selanjutnya, Uruguay pada Piala Dunia 1930 dan 1950, Inggris (1966), dan Kosta Rika.


*      *      *

Anak Bawang

Oleh banyak pengamat sepak bola, termasuk saya pribadi. Tentu, lebih menjagokan Italia, Inggris, atau Uruguay yang lolos ke-16 besar. Kecuali rakyatnya sendiri atau para petaruh, jelas tidak ada yang mengunggulkan Kosta Rika.

Masuk akal, mengingat keberadaan Kosta Rika di Grup D bisa disebut sebagai “anak bawang” dibandingkan tiga tim lainnya. Sebab, ketiga tim lainnya selain berstatus “mantan” juara, juga langganan mengikuti turnamen empat tahunan tersebut. Sedangkan Kosta Rika yang berasal dari zona Amerika Utara dan Tengah (Concacaf), baru empat kali lolos ke Piala Dunia.

Namun, sebagaimana adagium, “bola itu bulat” alias tidak bisa diprediksi. Fakta tersebut yang kini diperlihatkan penggawa Kosta Rika. Lantaran, pada laga pertama mereka sukses menekuk Uruguay, skor 3-1 diikuti Italia (1-0). Alhasil, dua kemenangan itu yang membuat mereka secara otomatis menjadi tim pertama di Grup D yang lolos ke-16 besar. Hasil tersebut sekaligus “merusak” situasi di bursa taruhan.

Saya berani bertaruh, mungkin tidak ada satu pun di antara kita yang sebelumnya yakin Kosta Rika bisa lolos. Namun, faktanya di lapangan justru berkebalikan karena mereka mampu membuktikan sepak bola merupakan permainan tim. 11 pemain versus 11 pemain, dan bukan aksi individu layaknya Portugal yang selalu mengandalkan Ronaldo.

Negara mungil yang luasnya “hanya” 51 ribu km alias masih lebih kecil ketimbang provinsi Jambi itu, mampu mengangkangi Italia, Uruguay, dan Inggris. Bahkan, dua tim yang disebut pertama harus saling bunuh demi mengais satu tiket sisa ke-16 besar. Pemenang antara Italia vs Uruguay pada Selasa (24/6) akan mendampingi Kosta Rika. Sementara, yang kalah harus menerima nasib sebagai kecundang menemani Inggris.

Ya, itulah situasional di 10 hari pertama Piala Dunia 2014. Mungkin menjadi anomali, khususnya bagi penggemar tim bersangkutan. Tapi, sepak bola tetaplah permainan di atas lapangan hijau. Bukan utak-atik angka di secarik kertas yang jika sudah tak terpakai bisa dibuang di tempat sampah. Setidaknya, itu sudah dibuktikan Kosta Rika. Mengenai kegagalan Spanyol dan Inggris, itu soal lain.

*      *      *

Artikel Piala Dunia sebelumnya:
Drama Penuh Kejutan di Pekan Pertama Piala Dunia 2014
Lanjutan atau Akhir dari Hegemoni Spanyol
Kilas Balik Piala Dunia 2006: Italia Juara di Kandang Jerman
Kilas Balik Piala Dunia 1982: Italia Samai Rekor Brasil
Kilas Balik Piala Dunia 1970: Momentum Kehebatan Brasil
Trofi Piala Dunia, Antusiasme Masyarakat, dan Impian 2018
Adu Penalti, Beban Psikologis untuk Sang Penendang
Jadi Penonton di Rumah Sendiri
Antara Turin dan Resolusi Luar Biasa
Kasus Del Piero, Ketika Loyalitas Tak Dianggap
Del Piero, Sosok Pemain Sepak Bola Paling Konsisten yang Menjadi Panutan

Artikel bertema sepak bola lainnya:
Helena
Nonbar Suporter Mancanegara
Hikayat Sepak Bola
Kisah The Raid dalam Laga Barcelona vs Chelesa
Final Klasik Prancis Terbuka 2014: Nadal Vs Djokovic

*      *      *

- Jakarta, 23 Juni 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline